Munculnya pribadi wanita punya rambut panjang dirasakan oleh Linlin (46) dalam suatu sore mendekati Magrib beberapa saat lalu. Tempat momen merupakan di track kereta api Commuter Line Jakarta-Bogor, Jambudipa, benarnya dari sisi Stasiun Cilebut, Bogor, Jawa Barat.
"Saya menyebut tante ‘K' lantaran baiknya gak boleh mengatakan namanya. Kalau namanya dimaksud, dapat ada mendadak. Figurnya terang adalah wanita punya rambut panjang," kata Linlin terhadap Netralnews, beberapa hari yang lalu.
Seperti dituturkannya, sore itu Bogor diguyur hujan gerimis. Lilin satu keluarga mau pergi ketujuan Gereja Katedral Bogor buat ikuti beribadah. Dia bersama suami serta anaknya putuskan gunakan layanan service Grabcar.
Lantaran mau mengelit macet, Linlin yang waktu itu duduk di bangku belakang bersama anaknya, mengharap pengemudi biar melalui lajur Perumahan Bumi Pertiwi I. Oleh karena itu, mobil mesti melalui track rel kereta api dari sisi stasiun.
Mobil sempat berhenti benar di saat dapat melewati rel. Saat tersebut Linlin secara mendadak memandang pribadi wanita memakai pakaian putih serta punya rambut panjang di seberang rel.
"Sebelumnya, saya menerka wanita itu main-main serta cuman pengen menakuti orang. Akan tetapi demikian saya lihat lebih saksama, saya sangat percaya tersebut pribadi ‘K'," lanjut Linlin.
Linlin lantas memandang penjual bakso lewat. Masih menurut Linlin, "Ketika itu, pribadi ‘K' itu sempat melihat ke arahnya, akan tetapi lantas lenyap di saat ada sinar mengenainya. Lantas tampak kembali sepanjang 3 kali."
Linlin mengaitkan, "Nyatanya betul, saat Magrib serta hari gerimis, ia memanglah senang memperlihatkan diri."
Linlin juga pernah ambil photo tempat tepat track Jambudipa itu.
Tempat yang ditampakkan oleh Linlin memanglah cukup mengerikan. Netralnews.com sesungguhnya pernah mengangkut keangkeran tempat ini beberapa saat lalu dalam artikel kabar dengan tajuk "Sehabis Mati, Rita Memohon Cincin Tunangannya Ditemui".
Waktu itu, orang tukang ojek pangkalan Cilebut namanya Atep (48) juga dikunjungi pribadi wanita mistis di track kereta api Cilebut. Wanita itu memohon diantar ke satu tempat.
Di pagi hari lebih kurang waktu 1.45 WIB bunyi sirene pintu pelintasan kereta di Jambudipa Cilebut meraung-raung merusak kesepian. Atep (48) masih usaha mengais rizki jadi tukang ojek di Stasiun Cilebut, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dia terhenti lantaran palang pintu telanjur telah membatasi jalan.
Rata-rata, saat skedul kereta paling akhir, jarang-jarang ada tukang ojek. Penumpang yang perlu layanan ojek kerap persoalan pulang.
"Kasihan kalau ada penumpang akan tetapi tak dapat pulang karena hanya tak ada tukang ojek. Dia mesti menanti hingga sampai subuh," kata Atep mengatakan kemauan sebaiknya.
Tapi, pagi hari itu, dia tak jadi menambahkan upayanya mengais rizki. Momen mistis yang dia alami membuat tak dapat ketujuan pangkalan ojek di Stasiun Cilebut.
"Maka sebelumnya, saat palang pintu rel tutupi jalan, saya stop. Mendadak, ada wanita elok langsung naiki jok sepeda motor saya. Saya sesungguhnya bertanya-tanya, lantaran awal kalinya, tak nampak ada orang di kitaran pintu kereta. Kembali juga, ini telah pagi hari," ingat Atep.
"Wanita itu kenakan gaun punya warna putih jelas tiada bawa tas. Saya masih ingat dengan terang. Saat dia omong memohon diantarkan, wewangian wangi-wangian bunga kenanga menusuk hidung saya. Tanpa adanya hati syak wasangka, saya lantas menyepakati, lalu saya tanya maksudnya ke mana," tangkisnya menambahkan narasi.
Masih kata Atep, "Wanita itu tak sebutkan tempat yang mau dituju. Ujarnya, kelak saja, sekalian jalan dapat ditampakkan." Tiada banyak menanyakan, Atep lantas selekasnya meluncurkan sepeda motornya sehabis KRL melewati pintu kereta Jambudipa.
Sehabis melewati rel kereta, Atep rasakan satu keajaiban. Di kitarannya, mendadak jadi gelap sekali. Seakan-akan listrik padam serta cuman lampu sepeda motornya yang berpijar.
"Saya sempat omong ke wanita itu kalau listrik padam. Tapi, cuman dijawab, ‘Iya Bang, berhati-hati.' Tiada opini lain," ujarnya.
Atep selalu meluncurkan sepeda motor. Dalam hati dia bercakap, "Saya itu kelahiran wilayah Cilebut, Bogor. Mulai sejak kecil sampai tua, selalu tinggal di sini. Tapi, saat telusuri jalan yang disasarkan wanita itu, saya berasa asing serta tak kenal wilayah itu," ujar Atep.
Meski dalam hati ingin tahu, Atep tak bertanya terhadap wanita itu. "Saya malu, masak tukang ojek wilayah sini menyatakan tak mengenal wilayah sendiri. Meski sebetulnya, saya serius tidak jelas. Tapi, lantaran penumpang saya merupakan orang wanita, saya tak takut," tangkisnya.
Lebih kurang 1/2 jam perjalanan, wanita itu lantas mengharap stop, benar di muka halaman sebuah rumah cukup mewah serta nampak gelap. Atep berencana selalu melepaskan sepeda motornya berpijar biar lampunya berikan pencahayaan mengarah rumah itu. Atep usaha mengenal tempat itu, akan tetapi gagal.
"Wanita itu lantas mengharap saya biar menanti sekejap. Dia masuk rumah. Saat kembali, saya lihat paras cantiknya dengan saksama. Parasnya rada pucat. Dia lantas memberi uang Rp100 ribu serta sebuah surat," ujar Atep.
Atep menerimanya sekalian berkata kalau dia tak punya uang kembalian. "Wanita itu tak memohon uang kembalian, tapi mohon bantuan biar saya membawa surat yang dia beri, sama sesuai alamat yang tercatat di amplop. Saya menerima," tangkisnya.
Atep masukkan uang serta amplop ke jaketnya, sementara wanita itu masuk ketujuan tempat tinggalnya. Mendadak keajaiban berlangsung kembali.
"Dalam sekali kedipan mata, saya memandang lampu jalan serta beberapa rumah di kitaran saya ada kembali berpijar. Satu kali lagi, saya serius terkejut," kata Atep dengan mimik serius.
Sekarang, Atep dapat mengenal kembali di mana dia ada. Dia bertanya-tanya, kenapa tetap masih ada di dalam samping pintu kereta Jambudipa, Cilebut. Tidakkah barusan telah pergi tinggalkan tempat itu?
Belum usai terkejutnya, bahu Atep ditepuk oleh seorang dari belakang. Penjaga pintu kereta berencana beri salam Atep, lantaran menurut dia mulai sejak barusan Atep cuman diam saja di atas motor. Meski sebenarnya, kereta telah lewat. Atep lantas makin bertambah kebingungan.
Sehabis berterima kasih terhadap penjaga pintu kereta, Atep pada akhirnya menunjuk kembali arah serta pulang ke rumah. Dia tak jadi cari penumpang di Stasiun Cilebut. Hatinya telanjur tak nikmat dengan hati yang bercampur.
Di atas sepeda motor, dia meraba kantong jaketnya. Satu kali lagi Atep kebingungan, di kantongnya ada suatu hal.sebuah hal. Dia lantas menyudahi pergerakan sepeda motornya. Dia mengeluarkan isi kantongnya. Pada tangannya serius ada surat serta uang Rp100 ribu. Atep satu kali lagi menatapnya penuh teliti. Seluruh fakta serta dia bukan tengah punya mimpi.
Pagi hari lantas datang. Hari sudah terang-benderang. Sehabis mandi, Atep putuskan cari alamat yang tercatat di amplop. Terdaftar nama "Hendarto, Perumahan *** Block B No 18, Kecamatan Bojong Besar, Kabupaten Bogor".
Lebih kurang waktu 10.00 WIB Atep hingga sampai di muka rumah lux sama sesuai alamat dalam amplop putih itu. Dia ketok rumah sekalian memberinya salam. Pintu dibuka. Dari dalam keluar orang wanita berumur lebih kurang 60 tahun. Atep selekasnya mengemukakan iktikad kehadirannya. Dia disongsong baik.
Atep dipersilahkan masuk ke area tamu yang serba tertib yang rapi, sesuai dengan tempat tinggalnya yang mewah. Atep lantas duduk sekalian menanti jawaban teka-teki yang mulai sejak semalam mengacau pemikirannya.
Sehabis berbasa-basi sana-sini, Atep mulai mendapatkan potongan-potongan jawaban yang dia tunggu. Ibarat permainan puzzle, dia pada akhirnya sukses merancang seluruhnya kejadian secara utuh.
Ternyata, penumpang mistis waktu malam itu merupakan pribadi wanita yang sudah mati di tahun 2005. Namanya Rita. Sebelumnya mati, Rita melakukan tunangan dengan Hendarto.
Menurut ibu tua dalam rumah itu, yang gak lain merupakan ibu kandungan dari Hendarto, momen yang dirasakan Atep tidak momen yang pertamanya. Awal kalinya sempat terjadi. Orang tukang ojek yang lewat pintu kereta Jambudipa, disuruh sesuatu wanita mistis mengemukakan surat terhadap anaknya, Hendarto.
Pesan dalam surat itu selalu sama. Kata ibu Hendarto seperti ditirukan oleh Atep, "Rita mengharap Hendarto biar cari serta mendapatkan cincin pertunangannya yang raib."
Di tahun 2005, satu bulan sebelumnya pernikahan dengan Hendarto, Rita yang tengah memakai sepeda motor orang diri, lalu mengenyam kecelakaan di pintu kereta Jambudipa, Cilebut. Ketika mau melewati rel, sepeda motornya terbawa kereta. Rita jatuh serta mengenyam cidera cukup kritis.
Dalam kecelakaan itu, cincin pertunangan yang dia pakai raib. Tidak tahu jatuh saat kecelakaan atau berencana diambil orang gak memikul tanggung jawab saat dia gak sadar diri. Rita sempat dibawa ke rumah sakit, tapi nyawanya tak dapat ditolong.
Sehabis mati, beberapa orang menyatakan menemui roh Rita yang usaha berkirim pesan biar Hendarto cari cincin pertunangannya. Hendarto serta keluarganya sempat tak yakin dengan pertanda aneh itu. Hingga selanjutnya, tampak berulangkali momen sama yang dirasakan oleh Atep, baru Hendarto yakin.
Hendarto baru sadar, seluruh pertanda mistik itu adalah tanda-tanda kalau Rita, calon istrinya, serius sangatlah menyintai Hendarto. Hendarto lantas berasa sangatlah kehilangan. Dia juga pernah usaha cari kemunculan cincin pertunangan yang disuruh roh Rita, tapi tidak sukses.
Menurut narasi ibu dari Hendarto terhadap Atep, idenya, Hendarto dapat berikan cincin pertunangan yang baru ke makam Rita. Tapi, kemauan itu belum terwujud lantaran urusan Hendarto yang harus masih bolak-balik ke luar negeri, mengelola tugasnya.
Terhadap Atep, ibu Hendarto mangatakan maksudnya buat berikan cincin pertunangan yang baru secepat-cepatnya. Barangkali secara itu, roh Rita dapat selekasnya tenang.
"Saya tidak jelas kejadian sesudah itu. Apa Hendarto lantas serius mengaktualkan maksudnya. Apalagi, saya tidak dikunjungi pribadi Rita kembali. Beberapa bulan yang kemarin, saya berkunjung ke rumah Hendarto, nyatanya mereka telah berpindah ke Manado," ujar Atep.
Comments
Post a Comment