Namaku Zaskia. Pengalaman ini saya temukan setahun lebih lalu. Walau udah cukuplah lama, akan tetapi insiden itu belum dapat kulupakan. Insiden itu jelas tak bakal terjadi apabila ibuku tak pulang tengah malam ketika itu.
Ibu adalah seseorang wedding singer atau vokalis dalam acara suatu pernikahan. Walau umurnya udah paruh baya, akan tetapi nada ibuku masih bagus serta ia tidak juga tertinggal era. Tidak sekedar lagu kebiasaan sunda atau sejumlah lagu era tempo dahulu saja yang dapat dinyanyikan olehnya, ia sangat ingat sejumlah lagu era saat ini. Oleh sebab itu saya begitu senang di ibuku. Ditambah lagi ibu jadi wedding singer sebab pengin menolong ayahku bekerja. Jika lagi ada job, ibu dapat pulang malam hari.
Satu sewaktu ibu lagi ada job pentas dalam acara pesta di wilayah kami. Sebab acara pestanya terjadi sampai malam hari, ia lantas anyar tuntas manggung seputar jam 23.50 malam.
Saya ingat sekali jamnya, sebab ketika itu ada panggilan telpon masuk. Saya yang lagi tidur jadi terjaga sebab nada dering telpon, serta nada dering telpon stop, barangkali teleponnya udah diangkat oleh ayah. Sebentar, saya dengar nada cara ayah tuju kamarku. Ia mengetok pintu serta berucap jika ibu telah siap buat dijemput. Ayah membawaku buat turut, ayah risau jika matikanku sendirian dalam rumah. Mesti saya ikuti perintah ayah serta jalan ikutiinya dengan malas ke mobil.
Sewaktu kami udah keluar komplek rumah, ibu kirim SMS. Ibu mengumumkan kami tempat di mana pesta itu lagi terjadi. Saya belumlah sempat datang ke wilayah itu, demikian lantas dengan ayah . Sehingga kami habiskan waktu berputar cari jalan. Seusai sempat mengarah sekian kali, selanjutnya kami hingga di jalan tempat pesta ibu.
Namun ada yang aneh dengan wilayah itu. Jalanan di sini kelihatan tidak sama seperti semakin mencekam ketimbang jalanan barusan kami lintasi. Kupikir, barangkali karena ketika itu udah jam 1 malam jadi berasa mencekam, bahkan wilayah itu anyar pertamanya kali kami datangi. Panorama di kiri serta kanan jalan tampak begitu asing di mataku.
Mendadak mobil stop tiba-tiba. Saya tersentak dari bangku penumpang, untung saja saya memanfaatkan sabuk pengaman. Ayah memohon maaf padaku serta seusai meyakinkan saya tak luka, ayah lihat di depan dengan berang sembari memberinya klakson sekian kali. Saya lihat ke jalanan di muka, dari sana ada seseorang wanita lagi berdiri di tengahnya jalan. Ayahku kembali membunyikan klakson, namun wanita itu tak ingin menyingkir juga. Selanjutnya ayahku turun dari mobil. Ayah katakan padaku untuk terus di mobil serta mengancing pintu. Aku juga ikuti perintahnya.
Dari dalam mobil saya lihat ayah berkata dengan wanita itu. Saya melihat tampilannya, wanita itu memanfaatkan jaket serta daster seperti orang hamil. Ia pun bawa tas jinjing pada tangannya.
Ayah lalu kembali jalan menuju mobil. Wanita itu ikutiinya dengan perlahan-lahan dari belakang. Saya turunkan kaca jendela serta ajukan pertanyaan apa yang berlangsung, serta ayahku katakan kami bakal membawa wanita itu. Kata ayah, wanita itu satu arah dengan pesta ibu. Ia jalan sebab sudah tak ada kembali kendaraan. Sebab kasihan, ayah lantas menawarinya buat membawa hingga ke tempat tinggalnya.
Ayah memberikan pintu belakang mobil serta wanita itu juga masuk serta duduk di belakangku. Saya terasa ada yang aneh dengan wanita itu. Saya melihat wanita itu melalui kaca spion, parasnya kelihatan pucat sekali. Lambat-laun tercium berbau amis dari badannya. Astaga! Berbau amis yang tercium tambah menusuk serta perutku menjadi mual. Saya pengin memberikan keluhku, namun saya takut ia tersinggung, jadi saya diam saja sembari pejamkan mata serta dengerin musik dari hapeku.
Namun sekuat apapun usahaku buat mengarahkan perhatian, tetap juga berbau amis wanita itu tak raib. Saya jadi menanyakan, apa ayah pun menghirup aroma ini? Namun jelas ayah pun tidaklah sampai hati buat menginformasikan perihal ini pada wanita itu.
Mendadak mataku bersua dengan mata wanita itu di spion. Wanita itu tersenyum serta aku lekas buang penglihatanku sebab ketakutan, jadi saya cuma melihat jalan di muka. Tiba-tiba ada yang aneh lewat cara mengendarai mobil ayah. Mobil ini mulai miring ke kiri serta nyaris membentur penyekat jalan.
Saya lihat ke samping serta saya lihat panorama yang menyeramkan. Mendadak saja wanita itu mencekik ayahku dari belakang. Ya tuhan! Saya coba membebaskan cekikan tangan wanita itu dari leher ayah, namun tak dapat. Cengkaman wanita itu begitu kuat. Saya refleks menjambaknya sembari membaca doa yang saya ingat buat menyingkirkannya, sebab saya tahu wanita ini jelas bukan manusia.
Sekejap wanita itu membebaskan cengkamannya dari ayah serta mohon di turunkan. Ayah langsung menyudahi mobil. Waktu kami lihat ke belakang, wanita itu udah raib. Kami lekas keluar mobil sebab tak kuat dengan berbau amis itu. Anehnya, di jalan tempat kami stop itu juga masih tercium berbau amis yang paling menusuk. Kami berdua masih tercenung di luar mobil. Saya tak ingin keluarkan sepatah kata lantas seusai merasakan insiden barusan. Seusai cukup tenang, ayah memohonku buat masuk ke mobil serta menyambung perjalanan kami.
Sebentar kami lantas hingga di dalam tempat pesta ibu. Kami lalu ceritakan apa yang baru-baru ini berlangsung, sampai banyak penduduk lantas turut dengerin narasi kami. Nyatanya berdasarkan pernyataan seseorang penduduk, tempo hari malam ada seseorang wanita yang hamil delapan bulan wafat di jalan itu.
Wanita itu ditendang oleh pemilik sewaan sebab hamil di luar pernikahan serta udah menunggak beberapa bulan. Sewaktu ia lagi ada dalam jalan buat cari tumpangan, mendadak ada truk yang melalui. Akan tetapi sebab supir truk udah mengantuk, ia malahan membentur wanita itu. Wanita malang itu juga wafat di dalam tempat. Sebab takut ada yang lihat, sang supir itu juga buang mayatnya ke sungai Citarum, serta besok paginya mayat wanita itu dijumpai.
Comments
Post a Comment