Rumor teluh berbentuk guna-guna kiriman seorang kembali muncul gara-gara Bupati Lebak, Iti Octavia menyebut-nyebutnya saat kecewa dengan Moeldoko yang memberikan dukungan KLB Partai Demokrat.
Walau dia sudah mengonfirmasi, rumor "teluh Banten" terlanjur menyodok dan jadi pembicaraan netizen.
Mencuplik kreasi disertasi kriminolog Kampus Indonesia, Tb Ronny Nitibaskara yang dengan judul Reaksi Sosial Pada Terdakwa Dukun Santet di Perdesaan Banten Jawa Barat (1985-1990), diterangkan jika praktek pengetahuan teluh biasa disebutkan santet.
TB Ronny ungkap jika sebetulnya untuk daerah Banten, pengetahuan supranatural semacam itu telah dikenali saat sebelum jaman peradaban Islam masuk daerah Banten.
Tetapi sampai sekarang, ada banyak warga Banten yang memercayai jika pengetahuan tersebut terkuasai beberapa orang di daerah Banten. Berkenaan macamnya ada banyak jenis bergantung maksudnya. Ada yang bernama santet angin, santet banyu, santet geni, sampai santet pangjaraha.
Berkenaan deskripsi bagaimana mekanisme kerja teluh, beberapa saat lalu, Netralnews pernah menjelaskan kesaksian seorang masyarakat Bogor yang akui mendapatkan kiriman teluh dari saudaranya. Kemungkinan cerita ini dapat memberi deskripsi bagaimana menakutkan pengetahuan teluh. Berikut ceritanya.
Udara dingin menangkap. Di luar rumah, gerimis mencabuli pagi hari. Dibalik jendela sebuah rumah, sepasang mata Lilis (nama panggilan), seorang ibu beranak satu, tengah usaha untuk selalu konsentrasi membaca lembar buku yang teronggok di meja kerjanya.
Dia bergerak dari bangku dan ambil jaket lalu selekasnya mengenakannya. Tuntutan sasaran tugas kantornya belum dia tuntaskan. Dia melirik ke kamar. Di situ, suami dan anak tersayang sedang tertidur nyenyak.
Dia duduk kembali di bangku kerjanya dalam kesunyian. Tetapi, sunyi seorang diri pada keadaan selalu terlindungi untuk bekerja, tidak sanggup menyingkirkan deru isi hatinya. Kalimat Tuti (nama rahasia), adik iparnya masih terngiang dan memikat telinganya.
"Tidak boleh mentang-mentang berasa anak paling tua, lalu ingin membodohi adik-adiknya! Lagaknya memberi perhatian orangtua, tetapi sembunyi-sembunyi ingin jual dan mengangkangi peninggalan orangtua!" kalimat tidak santun dari Tuti, berasa susah dia bungkam.
Lilis menarik napas dalam-dalam, usaha kembalikan fokus kerjanya, yang mendadak dirampas oleh masa lalu pertemuan gelap dua tahun kemarin dengan keluarga besarnya. Dia ingin tuntaskan pekerjaan kantor secepat-cepatnya, dan selekasnya susul tidur dengan suami dan anaknya.
Tetapi isi kepala dan hati tidak ingin sepakat. Tekanan untuk melihat cerita pedih yang lain masih bersambung.
"Tidak boleh berlagu dan mengajarkan tipe makanan untuk kesuburan dan menggairahkan kehamilan, kamu urus saja anakmu sendiri! Ngapain mengurusi saya!" kalimat Tuti berasa menampar muka Lilis.
Lilis berasa tidak sempat ada tidak suka dan dengki dengan adik iparnya itu. Dia sayang padanya, sama dengan mengasihi Riyan (nama rahasia), suami Tuti yang sekalian lelaki, adik kandungan Lilis salah satu. Tetapi kenapa, seakan kehadiran Lilis dipandang seperti penghambat kebahagiaan adik iparnya?
Kembali juga, Lilis masih menghargakan nenek moyang dan tradisi orang Jawa. Tidak benar seorang adik ipar mengurus harta peninggalan keluarga suaminya. Tetapi, entahlah dari tradisi mana wanita ini lahir?
Walaupun sama bersuku Jawa, wanita ini berani menampar Lilis dengan ucapannya di depan keluarga besarnya.
Seakan Lilis memanipulasi untuk kuasai harta peninggalan almarhum bapak-ibunya, cuman untuk dianya individu. Seakan Lilis tidak akan membagikan peninggalan untuk adiknya.
Jika Lilis tidak mengendalikan diri, tatap muka keluarga besarnya dua tahun kemarin, pasti berahir kacau karena dakwaan tidak berargumen itu.
Lilis mengalah dan tidak ingin menyikapi celoteh tidak pasti dari Tuti, adik iparnya. Dia memandang, Tuti mempunyai masalah personalitas. Kembali juga, dia tidak ingin Riyan, adik kandungnya tersakiti. Lilis ingin Riyan hidup berbahagia bersama Tuti, wanita opsinya itu.
Lilis putuskan pergi menjauhi dari mereka yang tinggal di DI Yogyakarta. Dia selanjutnya ambil salah satunya rumah tempat dia ada sekarang ini, yakni dalam suatu perumahan yang ada di Dusun Waringin Jaya, Kecamatan Bojonggede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Dengan langkah ini, dia mengharap dapat dijauhkan dari masalah yang menurut dia tidak penting.
Lilis telah terlatih mandiri semenjak ditinggalkan mati bapak ibunya. Berbekal pengajarannya, dia dapat memperoleh kerja dimanapun ada. Dia berasa untung mempunyai suami dan seorang anak yang paling dia sayangi. Tetapi Lilis bersedih dengan keadaan keluarga adiknya.
Dan rupanya, usaha menjauhi dari adik iparnya percuma. Jalinan intern Riyan dan Tuti rengat. Riyan berasa tidak mampu kembali penuhi tuntutan Tuti yang edan dengan status sosial seperti orang kaya.
Bermacam keinginan, dimulai dari perhiasan eksklusif, baju, sampai meminta dibelikan mobil, rupanya membuat Riyan sangat pusing.
Pucuknya, Riyan pilih pergi tinggalkan Tuti yang belum memiliki anak itu seorang diri di tempat tinggalnya. Untuk menentramkan diri, Riyan pilih tinggal dalam suatu rumah kos, di wilayah Surakarta, Jawa tengah.
Dan mendadak, Lilis yang tidak paham apapun mengenai intern keluarga adik iparnya itu, ditelpon Tuti dengan berondongan cacian dan dakwaan jika dia sembunyikan Riyan di tempat tinggalnya.
Lilis tidak kuat. "Right or wrong he is my brother," begitu kata hati Lilis. Tetapi dia usaha masih tetap menanggapi permasalahan itu dengan kepala dingin.
Lilis selanjutnya usaha menerangkan kehadiran Riyan. Dia menerangkan jika adiknya tidak sembunyi di tempat tinggalnya.
Tuti tidak yakin. Bahkan juga memberikan ancaman, ucapnya, "Berbohong, dasar pecundang! Ingat ya, saya tidak akan terima! Kakak tentu ikut serta meracuni dan ngompori suami saya! Ingat dan tulis! Kapan pun, saya dapat kirim teluh ke Kakak!"
Pas saat Lilis ingat suara tidak santun dari adik iparnya itu, mendadak pintu tempat tinggalnya seperti digedor di luar. Lilis kaget. Dia beranikan buka jendela dan kepalanya melihat keluar menyaksikan depan tempat tinggalnya.
Tidak ada seorang juga di muka pintu tempat tinggalnya. Hujan gerimis belum stop. Kadang-kadang ada kilat di langit tanpa dibarengi deru geludug. Tetapi mendadak, Lilis kaget.
Dari arah luar, ada figur seperti bayang-bayang putih menyelusup masuk ke tempat tinggalnya lewat jendela, disertai embusan angin ribut. Figur itu melayang-layang, melejit, lalu menubruk frame photo perkawinan Lilis.
Belum usai terkejutnya, Lilis menyaksikan figur putih itu kembali ke arahnya. Spontan Lilis melonjak dari kursinya sampai jatuh. Dan figur bayang-bayang itu melaju kuat keluar melalui jendela, lalu meletus, ketika ada pas di luar jendela, di muka meja kerja Lilis.
Dentuman suara itu benar-benar kuat. Faktanya, suami Lilis mendadak terjaga karena dengar keributan. Dan bertepatan dengan itu, hujan turun dengan derasnya.
Menyaksikan Lilis gemetar dan masih telentang belum bangun dari sisi meja kerjanya, suaminya dekap Lilis dan selekasnya membuatkanya. Lilis merengkuh kuat suaminya yang kebingungan dengan yang tengah terjadi.
Di luar kilat menyikat. Recikan air hujan beberapa masuk membasahi meja kerja Lilis. Suami Lilis melepaskan pelukannya dan selekasnya tutup jendela itu. Baru kemudian Lilis dapat kuasai dianya.
Dia mengambil langkah ke arah frame photo saat dia dan suaminya jadi sepasang pengantin. Di tengah-tengah mereka ada Tuti, adik iparnya. Frame dan kaca photo itu hancur. Pecahan kacanya menyobek sisi muka adik iparnya.
Suami Lilis makin kebingungan dengan panorama yang ada di muka ke-2 bola matanya. Dalam pada itu, Lilis bersihkan pecahan kaca yang berantakan.
Sesudah pecahan kaca bersih dan dipandang tidak mencelakakan, Lilis duduk termangu di sofa sekalian bertumpu di dada suaminya.
Dia ceritakan semuanya yang terjadi ke suaminya tersayang. Suaminya merengkuh Lilis dan berbicara, "Mari kita membawa dalam Sholat dan Zikir."
Bertepatan dengan itu, gaung Azan Subuh kedengar menyelusup antara deru air hujan. Lilis dan suaminya memang tidak pernah lupakan Sholat 5 waktu.
Cerita ini dicatat berdasar pembicaraan Lilis (38) ke Netralnews.com pada Jumat (22/3/2019) di rumah tinggalnya. Ada bagian-bagian sedikit diganti dengan setahu dan izin Lilis.
Diakhir pengucapannya dia berbicara, "Zikir meminta karunia pelindungan, sudah jadi benteng pertahanan keluarga saya. Bisa saja, apabila betul kami sudah dikirimkani guna-guna jahat, karena hanya Zikir itu, keluarga kami dapat selamat dari figur gaib yang mengenai photo dan meletus itu".
Paparnya, "Jika Tuti, adik ipar saya betul mengirimi guna-guna itu, saya sudah memaafkannya. Tetapi maaf dari saya, tidak bakal ada fungsinya, jika dia pun tidak lakukan tobat. Saya sudah optimis juga ke Riyan, adik kandungan saya, supaya bersama membenahi semua kerusuhan ini. Mudah-mudahan dapat. Amin".
Comments
Post a Comment