Gunung ini punyai sejuta keelokan yang jelas membuat kalian kagum" Kata Bono di tengah-tengah perjalanan kami
"Hmm.. Baguslah" Sahut Intan. sementara lainnya repot dengan smartphone masing-masing
Kami di sini terbagi dalam enam orang. Saya, Intan, Ayu, Putri, Zainal, dan Bono. Cewek-cewek berempat di sini ialah rekan satu kost, sementara Zainal dan Bono ialah kekasih dari Putri dan Ayu. Kelompok ini setuju akan liburan ke pucuk HD di salah satunya gunung paling tinggi di pulau Jawa ini.
"Kita istirahat di sini, sholat terus makan yang banyak agar kuat di perjalanan kelak" Perintah Bono sesudah kelompok sampai di warung dekat pintu gerbang lajur pendakian.
"Ok.. kelak kita pergi jam berapakah?" Bertanya Zainal
"Jam 8. Masihlah ada kesempatan cukup cukup istirahat" Sebut Bono pada kami yang terlihat kecapekan sesudah perjalanan lebih kurang 2 jam dari kota kami.
Jam 19.50 WIB
Bono telah minta kami untuk bersiap-sedia mengawali pendakian. Bono juga register di pos pendakian supaya beberapa nama kelompok terdata bila (naudzubillah) terjadi suatu hal yang tidak diharapkan.
Tiba waktunya mengawali perjalanan malam kami
"Menjaga jarak selalu untuk bersisihan supaya tidak ketinggal kelompok, menjaga sikap dan pengucapan saat di perjalanan ya" Sebut Bono menasihati kami
Bono memang cowok baik yang menaungi, untung sekali Ayu mempunyai kekasih seperti ia. Ia jua lah yang punyai gagasan ajak kami berlibur ke sini karena pernah seringkali mendaki dan meilhat keelokannya.
Alhamdulillah sampai datang di pos 1 yang lajurnya bisa disebutkan agak miring ini tidak ada sesuatu hal mistik sama seperti yang saya cemaskan.khawatirkan. Jejeran pohon pinus dan pohon cemara tidak semengerikan yang dipikir. Ah, kemungkinan saya saja yang terlampau penakut.
"Kita istirahat di sini sesaat saja, karena lajur ke pos 2 belum juga berat" Sebut Bono menjelaskan
"Bon.. saya kepingin pipis nih bagaimana donk" Bertanya Putri
"Kamu sich umumnya minum es barusan put, begini nih jadi" Gerutu Intan dengan logat betawinya yang unik.
"Zainal.. antara Putri ke samping pohon itu, buang air disitu. Tetapi janganlah lupa meminta izin dahulu khawatir ada makhluk tidak nyata didekat situ" Perintah Bono sekalian menunjuk mengarah pohon cemara yang tidak begitu tinggi
Sekitaran 15 menit Putri buang air kecil diantarkan Zainal. Saat yang lumayan lama sekedar untuk buang air kecil. Jarak kami sama mereka cuman lima meteran saja hanya tidak nikmat bila harus arahkan sinar senter untuk ketahui kondisi mereka.
"Duhh lama sekali hanya pipis saja" Gerutu Intan pada Putri dan Zainal sekembalinya mereka tergabung dengan kelompok
"Masih repot yang membuka celana nih.. maaf" Jawab Putri
"Biarlah tidak perlu dipersoalkan.. Mari kita teruskan perjalanan" Sebut Bono sekalian membenarkan status tas ranselnya
"Aaaaaaaaaa....."
Teriak Putri mendadak diperjalanan kami ke arah pos 2. Mukanya memeras, matanya melotot.
"Astaghfirullah Putri.. Kamu mengapa Put" Bertanya Intan sekalian menggenggam lengan kanan Putri
"Kamu jahat!!" Sebut Putri sekalian menunjuk mengarah Zainal.
Bono yang mengetahui jika Putri kesurupan mengambil langsung satu genggam garam dari tasnya dan membacakan doa-doa. sejurus selanjutnya ia oleskan garam barusan ke muka Putri.
Putri tidak sadar diri beberapa saat.
Sesudah siuman saya memberikannya minum supaya ia tenang.
"Karena itu jika jalan tidak boleh melamun, apa lagi jika keadaan seperti saat ini" Sebut Ayu
"Memang saya mengapa? apa yang terjadi? mengapa kita stop di sini?" Bertanya Putri terus-menerus
"Tidak terjadi apa-apa Put.. Sesudah ini rekan-rekan sama-sama bercakap ya agar pemikiran kita tidak kosong" Sebut Bono saat itu juga sebelumnya ada yang menerangkan apa yang terjadi sebetulnya pada Putri
Diperjalanan ke arah pos 2 terhitung 3x Putri kesurupan dan 3x juga Bono yang mengobati. Pucuknya ialah kesurupan yang ke-4 kalinya, Putri menyepak-nendang dan meronta seakan ingin lari dari peganganku dan rekan-rekan cewek yang lain.
"Astaghfirullahalladzim"
Tidak berhenti-hentinya kami beristighfar dan membaca doa-doa tetapi ini kali Putri tidak juga sadar
"Kamu!! Mengapa kamu melakukan di sini? Kalian mengotori daerah ini" Gertak Putri sekalian melihat Zainal dengan gestur geram
Bono yang mengetahui ada sesuatu hal yang tidak kelar di sini selanjutnya menginvestigasi Zainal. Yang pada akhirannya Zainal akui sejak dari di warung peristirahatan ia dan Putri kadang-kadang curi-curi peluang untuk bermesraan. Dan yang paling fatal mereka melakukan saat Putri meminta diantarkan buang air kecil di Pos 1.
"Dasar biadab kalian, tidak paham tempat! Patut saja barusan kalian lama sekali pipisnya" Gertak Ayu pada Zainal
Saya juga kepancing emosi sampai turut memarahi. "Kalian tidak paham diri! Apa tidak dapat mengendalikan diri barang tadi malam saja"
Zainal diam saja tanpa sepatah katapun. Sementara Bono masih usaha kembalikan kesadaran Putri.
Selang berapakah lama, entahlah darimanakah hadirnya ada seorang kakek tua kenakan pakaian seperti pengemis dan memakai tongkat. Kami betul-betul terkejut.
"Kalian tidak dapat meneruskan perjalanan malam hari ini. Penghuni di sini geram pada rekan kalian" Sebut kakek tua itu mendadak
"Jika kalian memaksakan meneruskan perjalanan, ada bahaya semakin besar dari sekarang ini. Yang merasuki badan rekan kalian ini masih prajuritnya saja" Lanjut sang kakek menasihati kami
"Ka.. kakk.. kakek siapa?" Bertanya Intan dengan suara grogi dan takut
"Saya pedagang di pucuk nak.. Kakek ingin kembali untuk ambil barang dagangan kembali" Jawab kakek itu
Kakek jalan dekati Putri dan mengelus dahinya sekalian membaca doa-doa. Sesaat Putri tersadarkan dengan keadaan kurang kuat tetapi masih lumayan sanggup untuk berdiri. Dengan cepat saya, Ayu dan Intan menuntunnya untuk putar balik ke arah tempat beristirahat di gerbang pendakian.
"Mengapa kita balik?" Bertanya Putri dengan suara perlahan
"Keadaanmu lebih bernilai Put.. kita tidak dapat meneruskan perjalanan" Ucapku
Ada rasa kasihan pada Putri, karena bagaimana juga ia rekan kami. Ia korban di sini, korban kelalaian Zainal yang semestinya membuat perlindungan justru cari peluang untuk bermesraan.
Perjalanan kembali berasa bisa lebih cepat dari perjalanan pergi barusan. Putri langsung kami istirahatkan di salah satunya warung, sementara Bono repot menelepon kenalannya untuk jemput kami dengan mobil. Ia memilih untuk bawa kami pulang malam itu karena khawatir masih tetap ada makhluk tidak nyata yang tidak sukai dengan kehadiran kami disitu.
Satu perihal sebagai mistis kembali ialah sang kakek yang menasihati dan mengobati Putri dari kesurupan terparahnya itu lenyap entahlah ke mana. Walau sebenarnya sesudah mengobati Putri, ia mohon pamit pergi pulang lebih dulu. Kami yang ikuti dari belakangnya dalam jarak beberapa mtr. saja mendadak kehilangan figur sang kakek, tidak mungkin ia melalui jalan lain karena lajur pendakian cuman hanya itu. Kalaulah melalui lajur lain tentu sinar senternya masih tetap terlihat. Entahlah, Wallahuaklam...
Akhir narasi...
Berlibur yang semestinya dipenuhi oleh beberapa foto keelokan pucuk gunung yang hendak isi timeline media sosial justru usai dengan cerita mistis karena tingkah rekan kami.
Hmm.. Kemungkinan kelak saya akan balik ke sana dengan rekan-rekan yang semakin dapat jaga diri.
Comments
Post a Comment