Hal yang diharap saat nikmati berlibur ialah keceriaan. Apa yang terjadi bila saat liburan malah melahirkan pengalaman menakutkan? Pasti tidak menyenangkan.
Hal tersebut malah yang perlu dirasakan oleh Agil R Saputra. Beberapa saat lalu, dia liburan ke kota Temanggung, Jawa tengah, persisnya di Dusun Jampiroso, Kecamatan Temanggung.
"Ya, ingin disebut apa. Dasarnya, cuman sisa takut! Yang lain masih tetap jadi mistis. Tetapi jadi pengalaman memikat untuk saya. Minimal pernah usaha menyingkap dan mencari mistis tempat menyeramkan,
Agil mengetahui jika di alam fana ini, manusia memanglah bukan hidup sendirian. Ada makhluk tidak nyata, kemampuan magic, atau energi gaib ada di sekitaran manusia. Permasalahannya, kehadiran mereka tidak gampang disaksikan dengan mata telanjang.
Diperlukan nyali, keberanian, dan tehnik supranatural untuk dapat rasakan dan menyaksikan kehadiran mereka. Kemungkinan itu yang sudah dilakukan oleh Agil.
Terasa terusik dengan yang ia alami dan apa yang dia dengar, bukanlah takut, rupanya nyali Agil bangun dan berani mencari kemunculan misteri. Karena keberaniannya, dia sukses ungkap mengenai lokasi menyeramkan di kota Temanggung.
Pengalaman mistik yang dirasakan Agil berawal dari timbulnya suara aneh yang berbentuk tangisan wanita. Walau sebenarnya, hari sudah tengah malam.
Agil percaya jika tidak mungkin ada orang nglayap di tengah-tengah malam. Apa lagi, di Dusun Jampiroso, pada jam 22.00 sebagian besar warga telah melakukan aktivitas di rumah mereka semasing.
Terdorong oleh rasa ingin tahu, Agil bangun dari perasaan takut lalu sembunyi-sembunyi cari sumber suara misteri itu. Tanpa alat pencahayaan memenuhi, dia pelan-pelan supaya tidak dikenali oleh seseorang.
Agil berpikiran, jangan-jangan suara itu ialah suara orang yang memerlukan bantuan. Jika suara itu bukan datang dari manusia, Agil telah berkemauan untuk menyaksikannya langsung.
Satu unit telephone pandai dia pegang. Dia pasang alat rekam gambar. Dia bergerak perlahan-lahan sekalian masih tetap siaga supaya tidak terganjal atau sesat jalan.
Makin dekati sumber, telinga Agil dengar suara tangisan wanita makin mengeras dan terkadang ganti dengan suara serangga malam. Agil tetap sendirian.
Agil sempat berpikiran apakah benar tidak ada seorang juga yang terganggu dengan beberapa suara itu? Kenapa cuman dianya yang terganggu dan dengarnya? Kenapa cuman dia sendiri yang nglayap memburu suara misteri?
Beberapa pertanyaan itu dia tolak saat dia makin dekati lokasi sumber suara. Dilihatnya kanan dan kiri. Yang ada cuman sepi, suara kodok, jangkrik, dan binatang malam yang lain.
Agil tidak menduga, sumber suara itu rupanya datang dari sebuah bangunan tua yang dipakai sebagai sekolah dasar negeri. Sekolah itu gelap tanpa pencahayaan memadahi.
Siapa sebetulnya yang menangis dalam gedung sekolah di tengah-tengah malam ini? Bertanya Agil dalam hati. Dia sempat jadi sangsi dengan dianya. Apa dia sedang berimajinasi?
Dia cubit pipinya sendiri. Dia percaya betul-betul sedang pada keadaan sadar dan bukan juga sedang mimpi.
Sebab menganggap kurang percaya, satu kali lagi Agil pastikan suara aneh itu karena suaranya terkadang muncul dan terbenam. Telinganya dia pasang dengan jeli. Suara itu ada kembali. Agil juga percaya, suara itu mengambil sumber dari dalam gedung itu.
Terpikirlah pesan neneknya jika di daerah ini benar ada beberapa lokasi menyeramkan yang ditempati bermacam rupa tipe makhluk lembut. Kata neneknya, ada makhluk lembut namanya kuntilanak yang kemunculannya selalu seperti wanita memiliki rambut panjang.
Apa suara itu ialah suara kuntilanak? Agil bingung di antara pastikan siapa sebenarnya yang menangis atau pilih kembali masuk kamar dan menarik selimut. Agil pilih meneruskan penjelajahannya. Hatinya menjelaskan telah kepalang tanggung.
Agil mengambil langkah dan masuk gerbang sekolah yang tidak terkunci. Dia beranikan melalui depan gedung itu. Cuman ada dua bohlam lampu yang berpijar yakni di ujung kiri dan ujung kanan sekolahan.
Dia pilih telusuri samping kiri. Di situ ada pintuk ke arah lorong sekolahan. Apes, rupanya terkunci, begitu kata hati Agil. Dia tidak bisa masuk ke tempat dalam gedung.
Agil ingin bergerak ke arah kanan tetapi mendadak jantungnya berdegap kuat. Ada suara anak-anak cekikikan dan lari menjauhi dari Agil, ke arah dalam gedung.
Diikuti selanjutnya derit kursi digeser dan suara meja ditabuh lirih. Sepanjang beberapa saat selanjutnya beberapa suara itu lenyap.
Agil percaya, tidak kemungkinan ada anak-anak bermain dalam kegelapan dan di tengah-tengah malam ini. Dia lirik jam di telephone pintarnya. Telah jam 01.17. Terang mustahil, tegas Agil dalam hatinya.
Tubuh Agil bergidik tetapi belum ingin putuskan balik tubuh dan pulang. Dia mengumpulkan keberaniannya kembali dan mengambil langkah ke ujung kanan gedung sekolah.
Ini kali ada peristiwa aneh yang lain. Hidung Agil diserodok wewangian bunga kamboja dan sepoi-sepoi angin dingin pagi hari. Bulu-bulu kuduknya masih tegak berdiri karena suara wanita menangis ada kembali, dari cukup keras, lalu makin perlahan, dan pada akhirnya lenyap.
Agil sebetulnya berani masuk dalam gedung sekolah itu. Dia ingin yakinkan semua fenomena itu. Sayang, dia tidak punyai jalan masuk karena semua pintu terkunci.
Paling akhir, Agil ke arah belakang sekolah. Dia dengar suara orang mengangsu air. Ada di belakang gedung sekolah rupanya ada WC dan sebuah sumur. Tapi tidak ada seorang juga pada tempat itu.
Sisa orang mengangsu juga tidak ada karena embernya kelihatan kering, walau sebenarnya barusan Agil dengar suara itu secara jelas.
Antara remang satu lampu bohlam di lokasi itu, hati Agil berasa dianya sedang dilihat oleh beberapa pasang mata tidak kelihatan.
Tubuh Agil betul-betul merinding. Dia tebarkan satu kali lagi penglihatannya. Dia longok juga dua kamar WC yang tidak terkunci. Tidak ada seorang juga di lokasi itu.
Agil putuskan mengakhiri penjelajahannya. Dia baru rasakan jika meredam perasaan takut dengan tubuh terus bergidik rupanya dapat membuat kecapekan.
Dia memutar tubuh dan kembali lagi ke kamarnya. Sampai di kamarnya, dia usaha pejamkan mata tapi suara anak berlarian, wanita menangis, bunyi kerekan orang mengangsu air, masih terngiang-ngiang di telingannya.
Selesai jalankan Sholat Subuh, baru Agil dapat lelap. Itu juga sesaat karena pagi-pagi sekali, neneknya mendadak membuatkannya untuk makan pagi.
Dengan cara sempoyong karena kekurangan tidur, Agil nikmati makan pagi yang disiapkan neneknya sekalian bercerita mengenai penjelajahannya semalam ke neneknya.
Tapi, bukanya terima sanjungan atas keberaniannya, Agil malah mendapatkan dampratan dari neneknya.
Apa yang dilakukan dilihat dapat mencelakakan keselamatannya, karena bisa jadi makhluk lembut penunggu gedung sekolah yang menyeramkan itu, serang cucu kecintaannya.
Itu cerita Agil yang tidak sanggup menyingkap mistis dibalik keangkeran gedung sekolah dan pernah dituturkannya dalam account twitternya.
Bagian-bagian penulis ganti dengan sedikit tambahan tapi tanpa tinggalkan esensinya, supaya mempermudah pembaca nikmati ceritanya.
Comments
Post a Comment