Kesukaan mendaki gunung banyak jadi kebanggaan kaula muda. Itu pula yang dirasa Badru, pemuda asal Jakarta Barat ini. Untuk penuhi kesukaannya itu, dia mesti ikhlas membolos bekerja dari perusahaan tempatnya bekerja. Tapi siapa duga, diperjalanan mendaki gunung ini kali, dia mengenyam narasi seram yang tidak terlewatkan sejauh hidupnya.
Menurut Badru, insiden ini berlangsung di tahun 2009 yang lalu. Satu hari saat Badru kehadiran temannya yang memiliki nama Udil. Dia bermaksud meminjang tenda untuk kebutuhan mendaki. Badru yang saat itu mempunyai kesukaan mendaki, langsung ketarik. Dia juga putuskan turut bersama Udil serta rekan-rekan yang lain.
Tidak pikirkan panjang, Badru pada akhirnya turut pergi dengan maksud Gunung Ciremai. Dia pergi bersama 5 orang temannya, sebutlah Udil, Ardi, Nyamu, Rizky/Kibot, serta Risman. Kelimanya lalu ketujuan satu terminal di Jakarta Barat. Datang di terminal, mereka menunjuk naik bus Luragung dengan maksud Kabupaten Kuningan.
Datang di basecame lebih kurang jam 17.00 WIB. Lantas mereka putuskan istirahat lebih dahulu di basecame. Di kitaran basecame ada warung punya orang bapak-bapak.
Saat pagi hari, mereka didapati bapak pemilik warung. Dia lalu ajukan pertanyaan terhadap Badru serta beberapa kawannya terkait maksud mereka berada pada lerang Gunung Ciremai. Badru langsung menjawab, jika maksud mereka mau naik ke pucuk. Bapak-bapak itu lantas mengharap Badru serta beberapa kawannya untuk meniadakan kemauannya untuk naik ke pucuk. Jikalau diteruskan, sekurang-kurangnya mesti bersama pendaki lain.
Perkataan bapak-bapak itu bukan tiada argumen. Menurut dia belumlah lama ini, ada kelompok anak pramuka yang meninggal gara-gara terkena pohon di pucuk.
Tapi ternyata pembicaraan bapak-bapak itu, tidak begitu digubris oleh Badru serta beberapa kawannya. "Saya sempat berembuk dengan rekan-rekan, di antara kembali atau menambahkan perjalanan tetapi mesti menanti pendaki lain," kuak Badru.
Comments
Post a Comment