Wanita punya rambut pirang, wajahnya pucat, serta berpakaian putih itu mendadak lewat di koridor bangsal serta jalan mengarah kamar mayat," kata Liana (41) kembali mengenang perjalanannya waktu mengawasi anaknya yang dirawat inap lantaran terserang DBD di Rumah Sakit Dustira, lebih kurang satu 1/2 tahun saat lalu.
Lanjutnya, "Munculnya mistis tersebut masih bersambung. Larut malam selanjutnya, waktu saya terjaga lantaran terpulas, mendadak pribadi itu ada di dalam samping orang pasien gak jauh dari anak saya. Pribadi itu berdiri membelakangi saya sekalian berbincang-bincang dengan pasien itu."
Lantaran ingin tahu dengan pribadi itu, Liana bangun serta dekatinya sekedar utk menegaskan apa yang dia tonton. "Tapi waktu saya kian merapat, pribadi punya rambut pirang itu lekas pergi jalan jauhi saya serta keluar bangsal."
Perhatian Liana lantas berganti ke pasien yang baru-baru ini dipepet pribadi itu. Pasien itu merupakan orang anak wanita seusia dengan anaknya, lebih kurang 13 tahun, tengah tersengal dengan selang oksigen di hidungnya.
Liana tahu kalau anak itu pula sakit lantaran DBD. Tapi, dia semakin lebih kronis ketimbang anaknya. Satu hari awal kalinya, pasien itu mengenyam pendarahan serta muntah-muntah.
Di bawah pasien itu, ibunya tengah tidur ringkuk. Baik pasien serta ibunya, tiada sinyal tanda terjaga serta terbangun. Meski sebenarnya Liana baru-baru ini dengar ada omongan lirih di antara pribadi punya rambut pirang dengan anak itu.
Kawatir jadi mengacau pasien, Liana memutuskan kembali mengawasi anaknya. Dalam hatinya tampak hati takut. Siapakah wanita itu? Apa pribadi punya rambut pirang itu merupakan orang perawat?
Dia coba ingat sepanjang lima hari di dalam rumah sakit itu. Dia mempercayai memang tidak pernah berhadapan maupun memandang perawat bule punya rambut pirang di dalam rumah sakit itu. Dia punya niat dapat bertanya masalah ini di besok harinya.
Lantaran penat, Liana lantas terpulas. Dia terbangun di saat dengar raungan serta tangisan pilu. Dia seka matanya untuk menekankan perihal apa yang dia tonton. Ibu dari pasien baru saja malam dikunjungi pribadi wanita punya rambut pirang tengah menangis histeris.
Ibu malang itu dekap serta getarkan anak kesukaannya yang nampak gontai. Sementara dua perawat tengah menanggalkani jarum infus serta selang oksigen.
Liana baru mengetahui, nyatanya anak wanita yang terserang DBD parah serta semalam dikunjungi pribadi wanita punya rambut pirang itu sudah mati.
Mendadak keadaan hatinya dirundung kedukaan. Di pojok matanya mengucur air tiada disuruh.
Dia dekap anaknya yang nampak terjaga dengan paras ketakutan. Dia bisikkan ke anaknya, "Silahkan kita doakan anak itu biar diterima disebelah Tuhan. Memohon pula terhadap Tuhan biar kamu dapat lekas pulih."
Sesungguhnya, situasi anak Liana telah kian lebih baik. Tapi dia kawatir kejiwaan anaknya terbuncang lantaran lihat pasien gak jauh dari dia tiduran, sudah mati.
Liana lantas mengharap berpindah kamar terhadap suster kepala bangsal. Dia bersukur, permintaannya nyatanya dipenuhi.
2 hari selanjutnya anaknya pulih serta diijinkan pulang. Saat sebelum pulang, dia terlintas dengan pribadi wanita punya rambut pirang mistis itu. Sepanjang dua malam paling akhir, dia tak menyaksikannya kembali.
Waktu mengelola administrasi perawatan, dia beranikan ajukan pertanyaan terhadap suster penjaga bangsal. Ujarnya, "Maaf Suster, apa di tempat ini terdapat orang perawat bule punya rambut pirang?"
Pertanyaannya nyatanya bikin dua oarang suster di depannya sama sama berpandangan.
"Tak ada, Bu. Memang ada apakah? " jawab satu diantaranya perawat.
Liana tak menjawab tapi malahan ajukan pertanyaan kembali. Ujarnya, "Apa Suster mengenal ada wanita punya rambut pirang pernah mengunjungi pasien di bangsal ini?" Kembali banyak suster sama sama berpandangan sekalian mengerutkan dahi.
"Tak ada wanita bule bertandang ke bangsal ini sepanjang seminggu ini. Sesungguhnya ada apakah, Bu? Apa ibu memandang ada wanita bule? Apa yang dia melakukan?" berondong suster.
Ini kali malahan Liana yang mengerutkan dahi. Dia putuskan menjawab, "Tidak ada apa-apa, Suster. Karena barangkali saya begitu penat maka dari itu pikir yang tidak-tidak."
Usai mengelola administrasi, Liana langsung tinggalkan banyak suster yang dibentuk ingin tahu oleh Liana. Sementara Liana pula usaha menelan rasa ingin tahunya dalam-dalam.
Selang sekian hari selanjutnya, Liana coba melacak background rumah sakit Dustira. Dia baru mengetahui kalau rumah sakit itu nyatanya sebagai rumah sakit historis.
Rumah sakit yang ada di dalam Jalan Jendral Achmad Yani, Kota Cimahi, Jawa Barat itu berdiri mulai sejak tahun 1887. Disaat masa pemerintahan Hindia Belanda, tempat ini sudah ditinggali pasien yang gak terhitung banyak.
Beberapa orang Belanda, indo, atau orang bule yang lain pernah berhadapan menantang maut di bangsal-bangsal rumah sakit itu. Serta waktu wargaan Jepang sampai kemerdekaan, rumah sakit ini selalu jalankan peranannya.
Paling akhir, Liana lantas baru mengetahui perihal narasi lisan penduduk Cimahi. Banyak penduduk Cimahi pula menyatakan kerap memandang munculnya pribadi wanita punya rambut pirang.
Wanita itu dipercaya satu diantara pasien yang mati serta arwahnya mendiami rumah sakit itu.
Kabarnya, pribadi itu memperlihatkan diri kalau ada pasien yang bisa mati. Sukma itu seakan bekerja untuk melipur, jemput, serta mengantar jiwa-jiwa pasien yang dekati ajal.
Waktu mengenal narasi lisan itu, Liana tercenung. Yakin tak yakin, dia sendiri mengenyam insiden itu.
Jadi penduduk anyar yang tinggal di Cimahi, dia sangatlah menghargakan kearifan peristiwa, budaya, mitologi, serta semua perihal yang tersangkut background kota yang bisa dia tinggali sepanjang waktu yang gak tahu hingga sampai kapan.
Yang pasti, suaminya putuskan beli rumah di wilayah Cimahi. Serta dia mau dekat dengan semuanya perihal kota itu. Dia mempercayai kalau di mana saja manusia ada, sesungguhnya ada energi lain atau sukma lembut yang kadang-kadang memperlihatkan dianya sendiri.
Comments
Post a Comment