Skip to main content

Sajian Sayur Lodeh Dan Gunung Salak

 Beliau mempersilakan saya duduk secara ramah. Kelihatan senyumannya yang megar dari raut mukanya yang kerutan. Pencahayaan di tempat tinggalnya memang lumayan temaram. Tetapi cukup terang untukku menyaksikan dan memprediksi umurnya telah di atas 70 tahun.


Saya selanjutnya duduk bersila di atas selembar alas. Kusapukan penglihatanku ke sekitaran. Rumah nenek ini sangat kedaluwarsa. Bahkan juga dapat disebutkan tempat ini sebuah gubuk dibanding sebuah rumah. Ke mana ya anak-anaknya, mengapa tidak ada yang memerhatikan nenek sebagus ini. Mengapa tidak ada anaknya yang ajak nenek ini ikut ikut tinggal dirumahnya, demikian pikirku. Kasian rasanya menyaksikan sang nenek tinggal sendirian pada tempat semacam ini, yang tentunya jauh dari keramaian.

"Nenek tinggal di dalam dahulu ya mengambil minum dan makan." Sang nenek berbicara ramah kepadaku.


"Oh tak perlu repot nek. Saya masih tetap ada minuman kok ini di botol." Jawabku santun dan penuh terima kasih.


"Ya kan kamu tentu lapar. Kebenaran nenek sedang masak sayur lodeh dan daging. Nantikan sesaat ya." Sahut sang nenek sambil tersenyum dan mengambil langkah perlahan masuk ke dalam.


Saya cuman dapat menggangguk perlahan. Kuakui, saya lapar. Tetapi rasanya bukan jadi poin penting bagiku. Sekarang ini yang paling penting saya telah ada di sebuah rumah, tak lagi jalan tanpa arah diluaran sana.


Kusandarkan tas gunung di sampingku. Lantas saya mengeluarkan handphone punyaku dari kantong celana jeans ku. Terang tidak ada signal di sini. Kusaksikan jam memperlihatkan jam 2.55 pagi. Mereka ada di mana ya saat ini, tentu mereka sedang ketidaktahuan mencariku. Pikiranku melayang-layang jauh.


Saya memang baru saja sekali mendaki Gunung Salak. Dan ini ialah pendakian yang ke-2  buatku. Saya menyesal rasanya, walau sebenarnya saya dapat disebut bukan seorang pemula dalam soal mendaki gunung. Mengapa saya tidak dapat mengatur emosiku. Mengapa saya cenderung pilih jalan sendirian, tinggalkan teman-temanku karena hanya sebuah konflik kecil.


Konflik yang saya tahu awalannya hanya sebuah bergurauan semata. Yah, kemungkinan karena saya punyai banyak pemikiran, yang membuatku dapat gampang tersinggung karena hanya sebuah bergurauan remeh. Tetapi sebagai pendaki yang tidak lagi pemula, semestinya saya jangan lakukan itu. Semestinya saya tahu jika di saat mendaki, semua persoalan sebaiknya ditinggal. Semestinya di saat mendaki, kita cari sebuah ketenangan batin, bukan justru memperkeruhkannya.


Semula saya jalan bersama empat orang temanku. Ada Bayu, Bima, Nabila, dan Andre. Kami mendaki melalui lajur Curug Nangka, yang ada di samping utara gunung. Kami memang punya niat untuk ke arah Pucuk II. Tetapi di tengah-tengah perjalanan saat kami sedang istirahat, ada sebuah kejadian kecil. Awalannya hanya sebuah gurauan, biasa sajalah namanya rekan-rekan seumuran. Tetapi entahlah mengapa saya bisa saja terlampau kekanakan dan menganggap sebagai hal yang serius.


Saya bingung, umumnya saya yang paling dapat berlaku dewasa. Tetapi barusan kuakui saya jadi benar-benar childish. Saya bahkan juga sempat mencaci Andre, karena sangat emosinya. Tetapi sekarang saya menyesalinya. Di gunung memang kita harus waspada. Apa yang kita kerjakan dapat memperoleh balasan yang instant.

Dan berikut yang terjadi kepadaku. Saya salah jalan, berputar tanpa arah yang terang sepanjang lebih kurang nyaris dua jam. Sampai pada akhirnya saya menyaksikan sebuah permukiman masyarakat dari terlalu jauh. Dan saat sebelum sampai ke permukiman itu, saya berjumpa nenek murah hati ini. Nenek ini selanjutnya ajakku jalan ke tempat tinggalnya. Rumah yang sekarang ini sedang saya kunjungi.


"Mari nak Rangga dikonsumsi dahulu!" Suara si nenek mendadak mengagetkanku dan membubarkan lamunanku.


Kemungkinan saya terlampau capek sampai tidak mengetahui kedatangan sang nenek yang sekarang ini telah duduk disampingku. Di hadapanku telah ada periuk nasi, dua kuali yang berisi sayur lodeh dan sop daging, satu piring kosong, dan satu gelas air putih.

"Mari dikonsumsi dahulu, kamu tentu lapar kan." Sang nenek berbicara dengan kurang kuat halus sambil mengelus-elus bahuku.


"Ah iya Nek, terima kasih banyak ya." Jawabku perlahan sambil memperhatikan sajian yang berada di depanku.


Wewangian masakan itu benar-benar mengunggah hasrat. Saya memang lumayan lapar, tetapi entahlah mengapa saya berasa cukup sangsi untuk makan.


"Mari mumpung masih anget Nak Rangga!" Sang nenek kembali berbicara ramah.


Aku juga coba ambil gelas itu. Dan saat saya akan meminum, kedengar suara ketukan yang cukup kuat pada pintu rumah.


"Assalamualaikum! Izin ya, saya ingin jemput Rangga pulang." Kedengar pekikan dari bapak-bapak dengan suara yang parau.


"Pergi! Tidak boleh kacaukan!" Sang nenek mendadak geram dan keluarkan suara yang berat.


Aku juga langsung melihat ke samping. Dan kusaksikan nenek itu telah ganti rupa. Satu bola matanya terjulur keluar. Rambutnya yang putih memanjang sampai sentuh alas. Dari telinganya banyak keluar darah yang benar-benar bau anyir. Saya benar-benar terkejut dan ketakutan. Sampai pada akhirnya saya lenyap kesadaran.


Saya terjaga. Kucoba buka mataku yang dirasa berat. Kusaksikan di sekelilngku, ada teman-temanku dan ada sebagian orang yang lain.


"Alhamdulillah Rangga!" Nabila merengkuhku. Kedengar ada isak tangis di suaranya.

Saya ketidaktahuan dan tidak dapat berbicara.


"Untung saja Gan, kamu dapat dibawa pulang. Coba kalau tidak ada Pak Heri ini, kemungkinan lu tidak akan balik selama-lamanya." Bayu berbisik perlahan kepadaku.


"Elu barusan tersesat di alam lain. Pak Heri ini orang pandai yang nyariin lu."


"Beliau barusan bermeditasi. Selanjutnya arahkan kita untuk cari ke selatan"


"Dan pada akhirnya elu bertemu kembali tidak sadarkan diri di deket bibir jurang."


"Hampir saja Gan!"


Saya masih ketidaktahuan. Sesudah kucoba mengingat lagi, baru saya terpikir muka sang nenek. Aku juga tersadarkan, jika yang kujumpai bukan manusia. Saya jadi terpikir, bagaimana dapat sang nenek tahu namaku, walau sebenarnya saya tidak pernah menyebutkannya.


Tetapi apa saja itu, saya mengucapkan syukur sekarang telah ada di samping teman-temanku kembali.


"Telah tidak boleh dipikir. Saat ini kamu istirahat dahulu ya.." Seorang bapak-bapak yang ada disampingku bicara. Saya ingat dengan suaranya.


"Terima kasih banyak ya Pak." Saya coba berbicara dengan tersisa tenagaku.


Beliau tersenyum, dan mengelus halus tanganku. 

Comments

Popular posts from this blog

Cerita Pendaki Wanita Dipeluk Figur Raksasa Hitam Dengan bulu di Gunung Gede

  GUNUNG Besar sebagai spot pendakian yang cukup terkenal di kelompok pendaki. Berada di Jawa Barat, gunung ini berketinggian 2.958 mtr. di permukaan laut (mdpl) dan ada dalam cakupan Taman Nasional Besar Pangrango. Keelokan Gunung Besar sayang tidak lepas dari cerita seram yang diletakkannya.Seringkali beberapa pendaki Gunung Besar harus alami peristiwa yang tidak dapat diterangkan oleh akal sehat. Misalnya saja Gandel, seorang pendaki wanita yang punyai pengalaman mistik saat dia berpeluang mendaki Gunung Besar bersama beberapa rekannya.Dia dan kelompok pilih lajur lewat Gunung Putri. Walau gerimis, Gandel masih tetap segera naik dari basecamp ke pos 1 pada jam 08.00 WIB.Pendakian sebelumnya berjalan mulus, hingga kemudian mereka sampai di pos 3 dan hujan juga turun dengan derasnya.Simak juga: Pengalaman Mistik Pramugari Naik Pesawat Menyeramkan Buat Bergidik"Pos 3 nih, saya yang status masih haid cukup sensi sedikit. Naik dari pos 3 ke pos 4, emosi bertambah. Karena memang huja...

Cerita Pernyataan seorang waktu jadi babi ngepet

  Babi ngepet yang berada di Sawangan, Depok menggegerkan warga Indonesia. Masalahnya praktek babi ngepet sendiri banyak yang yakini jika itu cuman dogma saja.Tetapi, ada pula yang yakini jika babi ngepet memang betul ada. Berikut pernyataan seorang pria yang dahulunya pernah lakukan ritus babi ngepet yang diambil Okezone dari kanal Youtube TH.2 TvFirman (bukan nama sebetulnya) lakukan laganya di tahun 2003. Karena tekanan ekonomi di saat itu, Firman ke satu wilayah di Jawa Barat. Di sana, dia menjumpai seorang dukun untuk diajari langkah lakukan ritus babi ngepet.Sesudah mendapatkan panduan, dukun itu arahkan Firman untuk ke sebuah kompleks makam. Di makam itu ada sebuah pusara panjang di bawah pohon besar yang nanti akan dipakai Firman sebagai lokasi ‘bertirakat' dan berpuasa.Tetapi, puasa yang ditempuh oleh Firman sedikit berlainan. Saat pagi hari, dia bisa minum air embun. Siang harinya dia bisa makan tetapi cuman beberapa kepal ketan putih saja. Lantas lanjut berpuasa kembali ...

Mistis Batu yang dapat Tumbuh

  Museum Cagar Alam Trovants Rumania, berada di Valcea County, dekat pada jalan yang menyambungkan Ramnicu Valcea dan Targu Jiu, 8 km jauhnya dari Horezu. Sama seperti yang diambil dari Tersembunyi.in, dalam suatu dusun kecil namanya Costesti, ada banyak batu yang memikat dan misteri, yang disebutkan trovants, yang dipercaya mempunyai kehidupan didalamnya. Trovant ialah istilah geologi yang kerap dipakai di Rumania. Ini memiliki arti pasir semen. Trovants ialah peristiwa geologi yang terdiri dari bermacam-macam bola pasir semen, ada karena beberapa kegiatan seismik kuat. Gempa bumi yang mengakibatkan pembuatan trovants pertama terjadi sekitaran enam juta tahun lalu. Apa yang membuat trovant-trovant ini unik dan misteri ialah mereka bisa mereproduksi sesudah contact sama air. Sesudah hujan lebat, batu-batuan ini tumbuh dimulai dari 6-8 milimeter dan usai dengan 6-10 mtr.. Salah satunya faktor yang paling aneh mengenai batu-batuan ini ialah jika walau mereka berbeda dalam ukuran, dar...