Pagi merayap. Jakarta dalam dekapan matahari pagi. Yani (37), pekerja di instansi nirlaba telah tiba tempat kerjanya di wilayah Jalan H. Abdul Majid, Cipete, Jakarta Selatan.
Jam 09.00 merupakan awal mula gerakan manusia-manusia tekuni dunia kerjanya di kantor itu. Yang datang gak banyak ingat keadaan masih endemik Covid-19 serta jumlah pekerja masuk terbatasi alias teragendakan berganti-gantian.
Yani telah tenggelam dalam genangan kertas di mejanya. Tapi lebih kurang jam 10.00 ada suara panggilan dari atasannya buat menghadap direktur.
Dalam ruang direktur sudah mengharap 2 orang wanita serta orang lelaki separuh baya. Ibu Direktur mengenalkan si tamu yaitu Bu Liana serta Ustaz Asep.
Yani terheran-heran sebab merasa gak mengenal dengan 2 orang itu akan tetapi Ibu Direktur berkata kalau beliau ada buat menolong "bersihkan" aura negatif yang kemungkinan mengacau keberlanjutan jalannya instansi.
Ibu Direktur buka beberapa kata yang pokoknya, ini hari ke-2 tamu dapat melihat ulang keadaan kantor lewat kacamata supranatural.
Satu-satu pekerja ditanyakan perihal tempat yang mana sampai kini dirasa aneh atau rasakan satu keajaiban umpamanya tubuh bergidik saat masuk tempat.
Masing-masing beranggapan serta tiba pertanyaan terhadap Yani. Yani mengatakan tempat rapat kecil.
Dalam daya ingat Yani, di ruang itu dia pernah memandang sekelebat bayang-bayang putih. Meskipun sekejab tapi tiap saat Yani ada di dalam tempat itu, bulu-bulu kuduknya berdiri.
Betul, nyatanya. Tempat yang dimaksud Yani, diokein oleh ke-2 tamu jadi tempat "tempat tinggal" pribadi yang entahlah apa namanya tapi bisa terbuktikan setelah itu.
Sepasang lelaki serta wanita sebagai tamu di kantor itu awal kalinya telah berkeliling-keliling. Mereka sudah mengaitkan kalau ada "suatu hal" di ruang yang dikatakan Yani.
Seluruh pekerja sama-sama melihat. Ada getaran takut mendadak merambat. Diikuti lantas keinginan ke-2 tamu buat Yani siap masuk tempat rapat kecil.
Bakal ada suatu hal mesti dijalankan kata mereka.
Dengan didampingi Ibu Direktur serta satu pekerja, Yani disasarkan ke-2 tamu bergerak ketujuan ruang diskusi kecil. Dalam ruang itu ada meja serta beberapa bangku rapat.
Tempat kamar bercat putih sedikit lembab serta pencahayaan rada redup. Kabarnya, lampu kerap mati sendiri serta berulang kali ditukar tapi tidak pernah berusia panjang. Di pojok kamar ada satu almari tua.
Yani lantas disuruh melakuan pergerakan memutar dengan status tangan kanan lempeng selevel dada serta telapak tangan terbuka seakan tengah meraba suatu hal.sebuah hal.
Perputaran pertama tiada yang aneh. Perputaran ke-2 lancar. Kembali si tamu mengharap Yani ulangi serta disuruh Yani konsentrasi rasakan udara yang dipegang oleh telapak tangan.
Diperputaran ke-3 mendadak mulai da uatu keajaiban. Yani rasakan pergerakan memutar jadi berat. Di bahu kiri kian berat seakan ada pribadi yang menggelayut. Kian berat. Yani lantas terkaget.
Pergerakan memutar berhenti. Yani tiba-tiba lunglai serta berkata "Kok aneh. Ada apakah ini?"
Saat tersebut Bu Liana berkata, "Oke Cukup."
Ke-2 tamu mengundang seluruh pekerja bergabung di ruang itu. Ada 9 orang semua duduk melingkari meja rapat.
Bu Liana mengharap seluruh sepi sembari duduk berkeliling-keliling di ruang itu.
"Saya memohon tolong biar masing-masing berdoa berdasarkan agama semasing. Kita berdoa memohon keselamatan dan keringanan upaya untuk kantor ini," kata Liana memulai.
Seluruh pekerja pejamkan mata. Yani ikut serta membaca doa dalam hati sama yang dia imani. Tiba-tiba dia rasakan meja bergetar. Dia pikir kawannya main-main menggoyang-nggoyang meja.
Tapi belum usai dia bertanya-tanya, dia mendadak rasakan tubuhnya melayang-layang serta gak rasakan apapun. Menurut beberapa kawannya, dia gak sadar diri sepanjang lebih kurang 30 menit.
Sepanjang gak sadar diri tersebut, Yani nyatanya bertingkah aneh. Awalannya dia menangis kecil lantas berganti menangis berteriak-teriak mengguncangkan pekerja yang lain.
Lantaran ke-2 tamu itu mengharap biar selalu tenang, karenanya reaksi seluruh pekerja lantas terlewati.
Bu Liana serta Ustaz Asep lantas hentikan pertanda "kerasukan". Menurut dia telah lumayan untuk memperlihatkan kalau memanglah di kantor itu ada kebolehan supranatural.
Menurut penerawangan Bu Liana serta Ustaz Asep, dulu, di kantor itu sempat ada entrepreneur katring dikira memendamkan "tumbal".
Tumbal itu menurutnya ada relevansinya dengan pribadi wanita penghuni tempat rapat kecil.
Walaupun begitu, Ustaz Asep serta Ibu Liana menyatakan telah menetralkan. Kebolehan tersebut yang sepanjang tahun bikin tiap upaya di kantor itu mengenyam beberapa gangguan gak kasar mata.
Serta memanglah, saat sebelum jadi kantor, beberapa entrepreneur kulineran di gedung itu selalu mengenyam ketidakberhasilannya meski sebenarnya ada di dalam tempat penting, tepi jalan, serta dekat ruangan perkantoran.
Menurut Ibu Liana serta Ustaz Asep, penyebanya merupakan pribadi sukma wanita yang kabarnya ditumbalkan oleh entrepreneur katring di era lalu kerap mengacau mau menuntut balas.
Untuk instansi nirlaba tempat Yani bekerja itu, sebetulnya penghalang penting mulai sejak berdiri merupakan lantaran hadirnya endemi Covid-19.
Jadi instansi yang bergerak di tinjauan tentang energi terbarukan, sebetulnya belum sempat mendapatkan soal berat di luar unsur endemi Covid-19.
Tapi, kehadiran serta kontribusi dari Bu Liana serta Ustaz Asep dirasa pekerja turut "mempersejuk" serta berikan keberanian maka dari itu dapat bekerja nyaman di era waktu depan.
Hari sudah dekati sore. Ibu Liana serta Ustaz Asep lantas memohon ijin setalah sempat menghadap ke Ibu Direktur. Menurut ke-2 tamu itu, 1 bulan kembali mereka akan tiba buat menegaskan apa kebolehan supranatural itu serius telah pergi atau masih mengacau.
Comments
Post a Comment