Cerita ini mengambil sumber pengalaman dari seorang perawat muda, namanya Dian Prastiwi yang mendapatkan pekerjaan servis di salah satunya puskesmas di wilayah Majalengka, Jawa Barat.
Puskesmas ini terhitung salah satunya puskesmas yang membuka 24 jam dengan perlengkapan klinis yang cukup memadahi.
Tetapi, dibalik servis klinis yang selalu dikasih ke warga sekitaran, rupanya simpan cerita mistik. Cerita itu dirasakan Dian.
Saat dia sedang liburan ke Jakarta beberapa saat lalu, NNC sukses bercakap-cakap berkenaan kisah hidupnya.
"Saya dididik memercayakan science. Tetapi, saat bertemu semacam ini, saya harus mengaku, disekitaran kita ada kemampuan gaib, apa saja istilahnya", dia mengawali kesaksiannya.
Pada awal bekerja di puskesmas itu, Dian berasa bingung. Tiap Jumat pagi, perlengkapan klinis di lemari ruangnya selalu berhamburan. Dia menduga karena ada kucing mengincar tikus.
Tetapi, sangkaannya beralih menjadi keraguan karena peristiwa itu selalu terjadi berkali-kali.Dia berpikiran jika jika karena kucing atau tikus, karena itu harus selekasnya ditendang dari ruang puskesmas.
Karena baru bekerja, dia juga mengadukannya ke rekanan kerja yang telah lama bekerja di sana. Tetapi, sesudah mengutarakan ke mereka, Dian malah dibikin terkejut. Di antara yakin tidak yakin, dia sedang bertemu dengan peristiwa gaib dan misteri.
Semuanya orang yang ditanyakan Dian, awalnya terlihat dingin dan balik melihatnya dengan muka bersedih. Umumnya pada mereka berbicara supaya Dian sabar dan tak perlu emosi hadapi perusuh ruangnya. Dia malah dibikin ingin tahu.
Beberapa dari mereka pada akhirnya ingin terang-terangan. Yang kerap membuat ruang amburadul, kata mereka ialah seorang roh wanita yang sekarang jadi penunggu puskesmas itu.
"Bulan Februari tahun 1996, ada seorang aseptor KB baru ajukan kontrasepsi. Dia pilih mode suntik. Si dokter juga selanjutnya memberi suntikan. Tidak lama sesudah disuntik, ibu itu akui mual dan pusing. Tubuhya keluarkan keringat dingin," tutur Dian.
"Peristiwanya berentetan dan berjalan cepat sekali. Kemungkinan sekitaran 30 menit semenjak jalani suntikan KB. Wanita itu selanjutnya muntah-muntah dan tidak sadarkan diri," lanjut Dian.
Nyawa Ibu itu tidak dapat ditolong. Dia wafat di Puskesmas itu. Peristiwa itu membuat ramai. Suami dan keluarganya tiba. Mereka geram dan memaki-maki semua karyawan puskesmas mulai dari dokter sampai OB.
Polisi diundang dan penyidikan dilaksanakan. Petugas dari Tubuh Pendayagunaan Wanita dan Keluarga Merencanakan (BPPKB) lakukan riset. BPPKB ambil sisa suntikan yang dikasih ke korban. Mereka memeriksa semua stock obat yang berada di puskesmas itu.
Dalam laporan hasil penyidikan dipastikan jika korban ialah aseptor baru dan baru pertama kalinya memakai kontrasepsi suntik.
Berdasarkan pengecekan awalnya saat sebelum disuntik, korban pada keadaan sehat. Temperatur tubuh atau tekanannya pada keadaan normal.
Ibu itu meninggal karena badannya alami reaksi penampikan pada zat kimia kontrasepsi yang masuk ke badannya. Suntikan yang diberi dokter tidak memberikan indikasi kekeliruan proses.
"Sesudah obat itu masuk ke badan korban, badannya menampik hingga terjadi hal tersebut. Kasus semacam ini bisa jadi terjadi dengan jumlah sepuluh ribu banding satu. Dan kebenaran kasusnya terjadi di Majalengka," begitu opini Dian.
Keluarga korban pada akhirnya tidak menuntut lebih jauh. Mereka usaha merelakan keperginya ibu itu. Tetapi berlainan dengan roh korban. Dia tetap tidak terima dan kerap memperlihatkan diri dan mengusik karyawan puskesmas.
Kerap ditemui kemunculan wanita memiliki rambut berantakan lewat ruang puskesmas. Saat dicari, wanita itu tidak ada. , seringkali, penjaga malam dengar suara aneh seperti suara orang menangis pada malam hari.
Pengalaman Dian melihat perlengkapan klinis yang dibikin amburadul dapat disebut masih remeh. Kabarnya, awalnya lebih kronis. Meja, lemari, bangku dsering dibikin terjungkir balik. Karyawan puskesmas harus berusaha susah payah kembalikan tempatnya.
Ditambahkan lagi, beberapa pasien, saat beberapa hari tertentu dibikin kesurupan. Pasien itu mengamuk dan keluarkan kalimat caci-maki tidak terang ujung pangkalnya. Dengan kerja keras juga dokter dan perawat puskesmas mengobati pasien yang kesurupan itu.
Peristiwa semacam itu telah berulang-ulang. Makin lama beberapa karyawan puskesmas ketahui pemicunya. Dokter, perawat dan semua petugas di puskesmas itu selanjutnya teratur melangsungkan doa bersama.
Tiap pagi, saat sebelum bekerja, mereka berdoa sama sesuai agama dan keyakinan semasing. Mereka doakan supaya semuanya orang yang sudah wafat di puskesmas itu diberi ketenangan dan kenyamanan.
Ternyata doa-doa itu besar sekali faedahnya. Roh korban kontrasepsi itu selanjutnya jarang-jarang mengamuk dan mengusik kembali. Tetapi, kadang-kadang masih ada, khususnya ke karyawan yang baru bekerja pada tempat itu.
Bisa saja, roh itu ingin mengenali dan mengetes kesabaran dan pengabdian Dian. Karena itu, pada awal dinasnya, dia dirayu dengan mengacau perlengkapan klinis di ruangnya.
"Saya selalu usaha belajar mengenai makna kehidupan. Pengalaman mistik di puskesmas Majalengka, saya mengambil maknanya. Saya harus bekerja dan layani sebagus-baiknya. Janganlah sampai malpraktek terjadi. Cerita mistik yang saya rasakan, ialah pro-kontra berkaitan malpraktek," tandas Dian.
Comments
Post a Comment