Kami berenam ingin ke arah tempat untuk outing kantor. Tempatnya tidak dikasih tahu terang oleh pimpinan kami. Pimpinan kami hanya serlok lokasi karena ia sampai lebih dulu. Di map yang di serlok hanya tercatat 'Desa Sinden' terletak di kaki gunung Salak. Kami naik motor. Di tengah-tengah jalan Ray kencing pada tempat yang kabarnya ditempati makhluk gaib. Kami pada akhirnya dituruti oleh makhluk gaib tersebut. Salah satu langkah supaya tidak dituruti, Ray harus kembali ke arah tempat di mana ia buang air kecil barusan dan menyirami sama air di sungai yang ada tempat petilasan nenek moyang wilayah itu.
Saya, Ray dan Arda putuskan turun ke sungai ambil air. Ara, Toro dan Anto masih tetap di warung.
Waktu baru memberikan jam 01.13 larut malam. Untuk sampai ke sumber air yang diterangkan ibu 1/2 tua penjaga warung, kami memakai penerang senter HP semasing.
karena jalannya sempit kami harus berbaris. Ray di muka, Arda tengah dan Saya paling belakang. Ray menenteng ember. Kanan kiri jalan hanya semak-semak. Jalannya turun.
3 biji senter HP memang lumayan menjelaskan situasi hingga kami bisa menyaksikan terang apa yang ada di sekitar. Jarak capai senter tidak lebih dari 2 mtr. hingga situasi yang lebih jauh susah dijumpai.
Mendadak Ray stop.
"Perempatan ini."
"Ibu barusan tidak ngomong ada perempatan" kata Arda.
Kami stop di sana. Berunding sesaat lalu kami memutuskan untuk lempeng.
Status kami masih seperti yang lalu. Ray di muka dengan ember pada tangan tangan, Arda di tengah-tengah dan saya masih tetap ada di belakang.
Comments
Post a Comment