Saya sedang nikmati makan pagi pagi, saat kedengar suara ribut-ribut di luar. Rupanya biang rusuhnya masih orang yang serupa. Seorang anak lelaki yang duduk di kursi SMP.
Ia berkelahi dengan seorang nenek tua, tetangganya. Entahlah apa permasalahannya, pertikaian itu benar-benar luar biasa.
Saya benar-benar terusik dengan itu. Bocah itu kutegur dan saya nasihati. Namun ia justru balik melawanku dengan beberapa kalimat teror.
Sebutlah saja namanya Raka. Anak lelaki malang yang hidup berdua dengan neneknya, karena ditinggal oleh orang tuanya yang tidak bertanggungjawab.
Raka tumbuh jadi anak yang nakal dan selalu membuat gaduh di dusun. Ia pernah dikirimkan ke panti sosial, tapi selalu sukses kabur dan balik lagi ke dusun.
Ada-ada saja tingkah Raka, mengambil, mengusik anak-anak lain, bahkan juga terkadang menghancurkan kendaraan dan rumah warga. Aparatur dusun telah kerepotan dengan tingkahnya.
PRAAANGGGG
Saya yang sedang mengolah, dikejuti oleh suara kaca jendela yang pecah. Rupanya Raka betul-betul melakukan ancamannya barusan pagi. Ia melemparkan kaca rumahku dengan batu, dilihat oleh tetangga yang sekedar duduk pada sore itu.
"Dasar anak nakal! Kamu ingin bermain-main denganku haaa?" gertakku kepadanya.
Bukanlah takut, ia justru kembali melawanku dengan menodongkan sebilah kayu.
"Telah, gak perlu ditantang, Mba. Ia memang nakal," tutur salah seorang tetangga.
"Awas kau ya!" ucapku marah.
Esok paginya, nenek Raka kehilangan cucunya itu. Tidak ada yang mengetahui ke mana perginya anak lelaki itu. 2 hari kemudian, masyarakat digemparkan dengan informasi kehilangan Raka.
3 hari selanjutnya, Raka diketemukan mengambang di sungai, dengan organ dalam badannya telah lenyap.
Satu bulan sesudah peristiwa, seorang rekan meneleponku.
"Rin, uangnya telah ditransfer 500 juta. Suka menjalankan bisnis denganmu."
Saya tersenyum manis memandang pemberitahuan M-banking yang ada dilayar HP-ku.
Comments
Post a Comment