Bergantung dimukaku pakaian tidur dengan bahan satin, saya menatapnya dengan mata berbinar. Telah lama saya inginkannya, tapi baru dapat terbeli karena harus menanti terima gaji tengah bulan. Jujur saja, saya sukai sekali dengan pakaian berpotongan seksi semacam ini. Apa lagi pakaian tidur bertali spageti pada bagian pundak ini yang telah lama kuincar.
"Genderuwo sukai dengan wanita yang menggunakan pakaian terbuka saat tidur."
Ibu kerap larang menggunakannya, tapi saya tidak menggubrisnya sama sekalipun. Jaman kekinian saat ini memang masih tetap ada yang yakin dengan hal semacam itu?
Kedengar Ibu panggil sekalian seringkali mengetok pintu kamar. Saya sebut saja supaya beliau masuk langsung karena pintu tidak digembok.
"Kamu membeli pakaian tidur kurang bahan kembali?" tanyanya sekalian melihatku yang sedang mematut diri di muka kaca.
"Ish, Ibu... ini bukanlah kurang bahan, tetapi memang modenya semacam ini."
Kedengar helaan napas berat dari Ibu. Terlihat dari refleksi kaca, kusaksikan beliau geleng-geleng perlahan, lalu duduk di pinggir tempat tidur. Selekasnya saya membereskan pakaian tidur itu dan memasukkan ke dalam almari.
"Satu kali lagi Ibu ingetin kamu ya, Lan! Tidak boleh menggunakan pakaian kurang bahan saat tidur. Bisa jadi kamu dikelonin sama genderuwo! Genderuwo tuch, senang dengan wanita yang tidurnya gunakan baju mini seperti punyamu itu. Telah, Ibu ingin tidur dahulu. Telah malam."
Saya menggangguk. Setelah keperginya Ibu, saya selekasnya menukar baju dengan pakaian tidur yang baru saja dibeli barusan, lalu merebahkan badan dan menarik selimut. Kuraih handphone yang ada di samping kanan bantal dan memulai menjelajahi internet.
Jujur, saya benar-benar tidak yakin dengan beberapa hal yang terkait dengan dunia gaib. Buatku, itu hanya dogma dan tak perlu ditakutkan. Faktanya, sejauh ini tidurku selalu pulas dan baik saja. Tak pernah terasa terusik, walau pelataran ada di belakang rumahku dicap tempat menyeramkan oleh beberapa masyarakat.
Jam di monitor handphone memperlihatkan jam 1/2 dua belas. Saya telah menguap seringkali.
Tumben, umumnya jam begini mataku masih fresh. Karena mungkin malam hari ini hujan, jadi situasinya benar-benar memberikan dukungan untuk selekasnya tidur, keluhku dalam hati.
Selanjutnya saya menempatkan handphone di samping kanan bantal, lalu merengkuh guling, dan menarik selimut sampai hanya dada dan memulai pejamkan mata.
Merinding, saya rasakan hal yang aneh. Mataku masih terpejam, tapi dapat kurasakan suatu hal yang menggelitik sapu tiap inch kulitku. Bahkan juga sekarang rasa geli yang mengagumkan mulai menyebar pada bagian paha, membuatku ingin buka mata, tapi tidak dapat. Napasku sesak. Perutku berasa seperti diterpa beban yang berat.
Udara yang semula dingin juga sekarang mulai berasa hangat. Lebih persisnya panas. Walau sebenarnya, semenjak sore hujan deras telah mengguyuri dan baru surut sekitaran jam 1/2 sepuluh barusan. Saya usaha gerakkan kaki, tapi berasa seakan ada suatu hal merintangi. Sekarang gantian tengkuk leher berasa bergidik. Seakan ada seorang yang sedang mengendusnya.
Badanku ingin sekali berontak, tapi saya betul-betul tidak memiliki daya. Semaksimal mungkin kupaksa untuk buka mata.
Demikian terang merasakan makhluk dengan bulu lebat, memiliki tubuh besar, dengan matanya yang memeras pas ada di depanku...
Sama-sama bertemu... matanya memeras berpijar rekat dimataku, penuh keinginan kejantanan. Badanku menggigil tidak teratasi.
Selekasnya kualihkan penglihatan dalam tubuh sisi bawah. Pakaian yang kupakai telah sedikit terkuak dan tidak teratur. Ternyata, makhluk dengan bulu ini tengah menyeka-usap di bawah sana.
Rasa geli dan takut bersatu jadi satu. Ingin berteriak, anehnya bibir seperti tidak dapat digerakkan, kelu saat itu juga.
Badanku menegang. Dalam hati saya minta bantuan pada Ibu, walau tahu beliau tidak bisa dengarnya. Kupejamkan mata, lalu menarik napas dalam-dalam. Usaha membaca doa atau ayat-ayat Al-qur'an yang kuhafal dalam hati.
Nantikan, doa apa yang baru saja kubaca? Tidakkah itu doa ingin makan? Astaga, Alanaaa! Di saat setegang ini masih sempat-sempatnya otakmu eror!
Sekitaran lima menit saya tegang, pada akhirnya sekarang dapat sedikit santai. Saya lalu berteriak sekencang kemungkinan sesudahnya. Mengharap makhluk menakutkan ini selekasnya pergi atau minimal Ibu dengar dan selekasnya ke kamarku, sekarang ini juga.
Kedengar suara seperti kaca yang pecah sampai membuatku refleks buka mata dan mengganti status jadi duduk.
Suara Ibu bisa kudengar berulang-kali mengetok pintu dengan keras. Ingin menjawab, tapi suaraku tercekat. Kupeluk lutut erat-erat. Sementara badan telah banjir keringat.
Tersebab Ibu tiba, Saya Selamat dari Masalah Genderuwo
Sesaat selanjutnya pintu terbuka. Kamar jadi jelas sesudah Ibu menghidupkan lampu. Ibu merengkuh dan menyeka-usap bahuku, coba memberikan ketenangan. Sesaat selanjutnya kurasakan dekapannya merenggang.
"Minumlah," katanya sambil memberi satu gelas air yang diambil di atas nakas.
Kuterima satu gelas air dengan tangan bergetar, lalu meminum sampai sisa seperempat gelas. Bayang-bayang muka makhluk menakutkan barusan masih terpikir terang dalam benakku. Badanku merinding takut saat terpikir bagaimana bulu-bulu lebatnya sapu tiap inch kulitku.
"I-ibu... aku-"
"Telah, Alana tidur kembali saja, ya. Ibu temani."
Cuman dapat menggangguk kurang kuat, saya kembali merebahkan diri dengan didampingi Ibu yang tidur di sebelahku. Sebentar kualihkan penglihatan ke jendela. Terlihat kacanya telah remuk. Cuman sisa teralinya saja.
"Ibu!" Kuhampiri dan kupeluk Ibu yang sedang mengolah.
Wanita berusia 47 tahun itu lalu tersenyum, lalu mematikan kompor itu dan membimbingku untuk duduk di meja makan.
"Tadi malam kamu mengapa?"
"Saya, saya...." Kuceritakan semua apa yang terjadi tadi malam. Dimulai dari udara yang mendadak panas, sampai kedatangan figur menakutkan itu.
Ibu menggangguk dan menyeka-usap tanganku. Bisa kudengar helaan napasnya yang berat. Beliau raih bahuku dan menyekanya, lalu menatapku serius.
"Ini pelajaran untuk kamu. Telah berulang-kali Ibu molorangmu tidur menggunakan pakaian kekurangan bahan semacam itu, tapi kamu tetap tidak ingin dengarkan." Terlihat Ibu melemaskan pundaknya. "Bisa saja, yang tadi malam mencatatngimu itu ialah genderuwo."
Jadi... makhluk hitam besar yang mencatatngiku tadi malam ialah genderuwo? ‘Dia' yang sejauh ini kuanggap sebagai dogma. Dan tadi malam, ‘dia' tiba untuk memperlihatkan kehadirannya?
"Konon, genderuwo dipercayai mempunyai keinginan berkawan rapat yang tinggi, Lan. ‘Dia' dapat mengganti bentuknya seperti muka suami korbannya, saat sang suami tidak sedang di dalam rumah, Nak." Ibu menghela napas panjang, lalu menatapku,"bahkan juga, ‘dia' dapat menghamili korbannya, Lan."
Mataku membulat sesudah dengar keterangan Ibu. Saya terdiam memandang muka Ibu yang terlihat lebih serius dari umumnya. Baru ini kali saya dengar ada makhluk gaib yang suka bercinta dengan manusia, bahkan juga... sampai mempunyai anak! Untung saja tadi malam saya selekasnya sadar bila ada suatu hal yang tidak kelar. Tidak dapat kubayangkan jika sampai ‘dia'... ah, ya Tuhan....
Baik, sejak saat ini saya yakin bila ‘dia' betul-betul ada dan tidak meremehkan beberapa hal semacam ini kembali. Dalam hati saya janji, mulai malam nanti tidak menggunakan pakaian terbuka saat tidur. Saya tidak ingin ‘dia' mencatatngiku kembali karena tertarik menyaksikan badanku. Dan kembali, sedapat mungkin saya akan berwudu saat sebelum tidur. Sesuai yang kerap Ibu ucapkan.
Comments
Post a Comment