Sesudah mayat bu Suci, Urip dan Daeng Rannu dibawa ke dapur, mayat pak Wardi masih di diamkan terkapar sesaat di ruangan depan oleh Daeng Sarif. Keadaan mayat pak Wardi benar-benar menakutkan dengan leher yang hampir terpisah dari kepalanya.
Daeng Sarif masih terheran. Ia seakan pikirkan suatu hal.sebuah hal. Penglihatan matanya lalu berpencar di rumah itu. Ia bergerak cepat dengan parang dan kapak masih ada di tangannya.
Jam.18.47 wita
Daeng Sarif naiki tangga untuk ke arah lantai dua. Ada tiga kamar di lantai dua itu. Dua kamar di fungsikan sebagai ruang tidur dan satu kembali dipakai sebagai gudang kecil.
Saat Daeng Sarif mengecek kamar pertama kali yang ada pas di ujung tangga, kamar itu terlihat amburadul. Daeng Sarif seperti cari suatu hal tetapi tidak mendapatinya.
Tetapi saat Daeng Sarif buka dan masuk kamar ke-2 yang terletak pas ada di sudut ruang, Daeng Sarif langsung tersenyum kecut.
Dalam kamar itu terlihat 2 orang anak pak Wardi, Gisel 12 tahun dan Tari 15 tahun. Mereka kelihatan benar-benar ketakutan sekali. Gisel menunduk di lantai sekalian merengkuh ke-2 kakinya. Dan Tari merengkuh guling di pinggir tempat tidurnya yang memiliki motif bunga matahari warna kuning ke emasan.
Tidak perlu waktu yang lama. Daeng Sarif selanjutnya lari kecil mendekati ke-2 anak wanita itu sambil menebaskan parang dan menghajar secara brutal pas ke kepala ke-2 anak wanita yang malang itu. Kubangan darah langsung banjiri karpet biru di kamar itu sekalian di temani jerit tangis kesakitan dalam lengkingan kematian mereka.
Jam.18.55 wita
Saputra 17 tahun, anak pertama pak Wardi yang waktu itu baru datang dari aktivitas belajar barisan di dalam rumah temannya juga tidak lepas dari tindakan sadis Daeng Sarif.
Dengar suara gemuruh sepeda motor yang berkunjung di muka pagar, Daeng Sarif juga segera menuruni anak tangga dan menanti dibalik pojok tembok yang di rintangi kain tirai warna hijau daun.
Saputra sangat kaget dengan yang terhidang di muka matanya saat ia masuk tempat tinggalnya yang pintunya tengah terbuka 1/2 itu. Saputra melihat mayat ayahnya yang terbaring kaku semacam itu membuat hati Saputra remuk. Karena itu Saputra lari bertandang ke jazad ayahnya. Di pandangi mukanya lalu di dekap sekalian Saputra menangis meraung sejadi-jadinya.
Tiba-tiba saja Daeng Sarif ada dari arah belakang dan langsung menghajarkan kapak ke punggung Saputra sampai hampir terbelah jadi dua sisi. Darah fresh juga langsung muncrat ke semua pojok ruang.
Saputra langsung tersuruk dan menggelepar kejang. Saputra seakan tidak dapat bernada. Karena yang merasa sakit yang ia rasakan demikian menusuk tajam seperti beberapa ribu irisan pedang yang mencacah nadi pembuluh darahnya.
Menyaksikan Saputra tersuruk bermandikan darah, Daeng Sarif kembali mengayunkan kapaknya lalu secara terus-menerus menghajar kepala Saputra sampai pada akhirnya anak pertama pak Wardi itu meregang nyawa.
Sesudah menyelesaikan beberapa korban, Daeng Sarif mulai bawa mayat Saputra ke dapur lalu susul mayat pak Wardi. Daeng Sarif selanjutnya buka pintu belakang. Pencahayaan lampu tempat belakang cukup remang karena sebagai tempat kosong.
Menyaksikan sebuah sumur tua yang tidak kepakai walaupun masih keluarkan air membuat Daeng Sarif berpikiran untuk buang semua jazad korbannya ke sumur tua itu. Lantas tanpa berpikir panjang kembali karena itu satu per satu mayat korban pembantaian Daeng Sarif mulai ia masukan ke sumur tua itu.
Jazad mereka lalu di pijakk keduanya pada sebuah lubang sumur yang sempit.
***
3 hari selanjutnya, kota Makassar gempar. Tempat tinggal rumah pak Wardi sudah ramai oleh orang. Dimulai dari keluarga, famili, rekan sampai tetangga semua pada bergabung.
Pembantaian luar biasa terjadi dan siapa aktor dan apa polanya belum di kenali. Karena dua hari kemarin, saat siang harinya salah seorang keluarga bu Suci, Daeng Ti'no tiba bertandang ke rumah itu. Sesudah famili ini panggil-manggil bu Suci dari pintu depan, rupanya tidak ada sahutan dan tanggapan dari di rumah.
Tanpa berasa aneh dan berprasangka buruk, Daeng Ti'no masuk langsung saja karena pintu depan pun tidak terkunci. Sesudah ada di rumah, baik kondisi, isi almari dan perlengkapan telah terserak ke sana kesini dan semua pada amburadul, belum juga berbau anyir yang menusuk dari arah belakang rumah.
Karena itu Daeng Ti'no langsung berasa bila ada yang tidak kelar di rumah itu. Lantas sekalian mengambil langkah perlahan-lahan, Daeng Ti'no jalan melalui kubangan darah pak Wardi yang sudah jadi kering di lantai.
Daeng Ti'no mulai cari dan telusuri berbau anyir yang mulai mengusik indera penciumannya. Sesaat berlalu, Daeng Ti'no sudah datang di muka sumur tua itu yang ujungnya masih tetap terbuka tanpa penutupnya.
Saat di muka sumur itu berbau anyir dan busuk itu semakin keras. Sempat ada perasaan takut tetapi Daeng Ti'no usaha menantang. Karena itu dengan tersisa keberanian yang kacau, Daeng Ti'no selanjutnya bertandang ke sumur itu untuk pastikan hatinya.
Sesudah menyaksikan apa isi dalam sumur itu langsung Daeng Ti'no langsung berteriak histeris sampai ia jatuh tidak sadarkan diri. Pekikan dan jeritannya langsung menarik perhatian masyarakat sekitaran
Dengan kesaksian dan pembicaraan Daeng Ti'no, tersingkaplah siapa mayat yang terapung dalam sumur itu. Karena dari 7 korban, rupanya hanya lima jazad yang ada dalam sumur. Dan ditolong masyarakat, faksi kepolisian langsung lakukan penyelamatan beberapa mayat secara menegangkan dari dalam sumur hari itu juga.
***
Satu minggu sesudah pembantaian pak Wardi satu keluarga, rumah itu juga di diamkan kosong melompong. Tidak ada sanak saudara keluarga pak Wardi waktu itu yang ingin berani tempati rumah itu. Mereka takut dan merinding bila masuk rumah itu, entahlah siang ditambah di waktu malam hari datang. Mereka berasa seakan ada yang memantau.
Kasus makhluk lembut dan roh gentayangan beberapa korban terus menghantui rumah itu. Beragam figur aneh sering kelihatan bila menjelang melalui waktu Maghrib disekitaran rumah. Belum juga berbau anyir dan jerit pekikan minta bantuan dari arah belakang rumah itu.
Kemunculan beberapa korban kerap kelihatan dalam bentuk penuh lumuran darah sering berdiri di teras rumah ditambahkan beberapa suara aneh, tangis dan melengking yang terkadang membuat orang berjalan kaki malas lewat depan rumah itu bila malam Jumat.
***
Faksi Polrestabes berusaha keras dalam mengutarakan kasus yang termasuk sulit ini. Bukan apa, peristiwanya lumayan cepat dan tanpa saksi langsung di Tempat Peristiwa Kasus.
Tetapi hasil dari olah lokasi kasus, karena itu diketemukan beberapa bukti. Awalannya polisi menduga bila aktor pembantaian itu seorang diri, tetapi pada perubahan kasusnya, aktor peluang lebih satu orang. Lantas hasil dari semua ringkasan, karena itu faksi Polrestabes langsung lakukan penahanan pada 5 orang karyawan bangunan yang ada di situ.
***
Karena itu sesudah lewat persidangan yang keras dan penuh sangkalan dan bantahan dan banding dari beskal penuntut umum, Maret 1996 karena itu masih tetap di memutuskan dalam sidang kasus pembunuhan bengis itu jika semua aktor tertuduh itu mendapatkan vonis hukuman Seumur Hidup
Comments
Post a Comment