Malam telah saat terlarut. Udara di rumah Dirja, lelaki muda, kaya raya serta bertampang perlente itu mulai berasa dingin. Ada orang wanita muda yang bergelayut manja pada lengan Dirja. Wanita itu tak mengerti ada bahaya yang meneror jiwanya. Ia merupakan, wanita muda yang barusan dinikahinya jadi isteri muda.
Datang dalam sebuah tempat balik tangan, wanita berparas elok itu tak mengerti apa yang tengah berlangsung. Ia seperti dihipnotis. Jalan mengikuti kehendak Dirja. Mendadak saja ada suara menggelegar kedengar di dalam ruangan itu.
Wanita itu langsung terkesiap. Terkaget serta semakin bertambah menciut nyalinya. Entahlah bagaimana, beberapa potongan udah ada di banyak sisi badannya. Saluran darah pula kian deras memancur dari bagian-bagian badannya.
Menyembahkan Tumbal Istri Muda
"Telah datang waktunya!" mendadak saja kedengar bibik satu orang. Kurang kuat, tetapi cukup kedengar di dalam telinga wanita itu.
"Saya pengen Kau apakan, Dirja?" bertanya wanita itu sekalian lagi mengaduh. Ada penyesalan yang kian menyisip dalam akalnya. Selayaknya dia tak terpikat oleh umpan uang serta perhiasan baru saja diberikan iming-iming oleh lelaki yang namanya Dirja itu.
Suara lelaki yang namanya Dirja itu berhenti sebentar. Jadi saat ini suara keras yang menggelegar barusan kian dekati wanita itu. Punyai bentuk mulai nampak riil serta mengerikan. Sepasang bola mata punya warna merah darah bikin munculnya semakin mengerikan.
"Apa ini sajianku, Dirja?" tanyanya tajam.
Dirja mengacaukank, perhatikan makhluk mencekam yang siap-siap nikmati sajiannya. Ya, wanita yang barusan dinikahinya itu merupakan tumbal yang penting disajikan tiap tiga purnama.
Tiada tunggu bertambah lama kembali, makhluk itu selekasnya melumat seluruhnya badan wanita itu. Mengirup seluruhnya genta segarnya. Dirja hingga sampai ketakutan memandang insiden di hadapannya. Meskipun ini bukanlah yang pertamanya, tetapi, tetap juga mengakibatkan rasa seram serta jijik.
"Bagus, Dirja. Jadi imbalannya, seperti biasanya, sejumlah pundi uang serta hartamu semakin tambah."
Dirja tersenyum bahagia dengar perkataan makhluk itu. Pesugihan yang dilaksanakan udah sukses hingga sampai selama ini.
"Terima kasih, Ki!" tutur Dirja, sambil bersihkan ceceran darah yan masih tinggal. Lantas makhluk itu selekasnya lenyap, masuk balik ke salauh pojok tempat itu. Saat sebelum lenyap, makhluk itu lagi memberikan pesan, supaya Dirja kembali siapkan tumbal unutknya di tiga purnama yang ajan ada. Orang wanita, pengantin Dirja.
Kesepakatan dengan Iblis Pesugihan
Dirja cuma bisa mengacaukank. Kesepakatan yang udah disetujui dengan iblis yang disapanya ki itu udah dibentuk. Ia tidak mungkin menyalahinya. Kalaupun tak nyawanya serta keluarganya dapat terancam, jadi tumbal.
"Kang, sIapa kembali yang Abang bikin jadi tumbal? Apa Abang gak takut, satu waktu nyawa Abang atau Kami akan menjadi tumbal pula satu saat?"
Dirja terdiam dengar perkataan isterinya. Hasrat mendapati kekayaan banyak dengan mengerjakan ritus pesugihan ini, kerapkali tidak diperbolehkan oleh isterinya. Tapi, Dirja selalu nekad untuk melaksanakannya.
"Sebetulnya Abang, pula takut, Kinar. Tetapi, lihatlah! Tiada orang juga yang berani mengolok kita kembali sekarang ini. "
Kinar, isterinya menunduk. Tak berani memandang paras si suami. Memanglah betul apa kata Dirja. Dahulu mereka kerap dihina serta dijauhi, lantaran miskin. Bukan cuma orang lebih kurang, dan juga oleh keluarga mereka sendiri.
"Ritus pesugihan ini pula beresiko, Kang!!" meskipun lirih, tetapi perkataan Kinar kayaknya hingga sampai di dalam telinga Dirja.
"Pengen bagaimana kembali, Kinar. Ini merupakan dampak yang penting Abang mengambil."
Kinar juga tidak tengah ingin berdiskusi dengan Dirja, suaminya. Tak ada manfaatnya juga. Nyata ujungnya, ia dapat mengungkit kembali peristiwa gelap mereka dulu.
"Ya, biarlah, Kang. Kinar pengen sambangi bapak sama ibu dahulu. Seno, anak kita, Kinar bawa!"
Dirja mengacaukank. Pasrah. Kerapkali, Kinar mengharap ijin untuk tinggal dengan mertuanya itu dengan argumen mau menentramkan diri.
"Kalaupun dapat, gak boleh lama-kelamaan, kalaupun tak gak boleh salahkan, Abang, dapat menceraikanmu!"
Wanita berjilbab coklat tua itu tersenyum tipis. Kulit sawo masak, ciri khas kulit warga tropis tidak membuat kalah menarik dari wanita-perempuan yang terus dibawa Dirja tiap tiga purnama.
Kinar tersenyum kembali. Tak bisa berikan jawaban nyata. Hati kecil wanita itu telah lama mau tinggalkan Dirja. Tidak dapat kembali memandang ritus pesugihan yang sedang dilakukan oleh suaminya.
Sekalian merengkuh putranya, Kinar tinggalkan Dirja masih yang terdiam. Tidak yakin Kinar dapat matikannya sewaktu mereka telh punyai semuanya.
‘Dasar isteri tidak tahu diuntung. Dikasih kekayaan banyak, sebaliknya pergi!' rutuk Dirja dalam hati.
Pertentangan Dalam Keluarga
Suatu seringai mistis lantas tergurat di parasnya. Keperginya Kinar kira-kira membuat seperti lepas dari berat beban yang sampai kini menjepit. Kinar, terus berlawanan dengannya. Lebih dengan praktik pesugihan yang dilaksanakan. Kinar tak pernah sepakat. Ia takut, satu saaat, salah satunya dari mereka bisa jadi tumbal.
‘Biar saja, Kinar pergi. Tidak ada kembali pencegah untukku untuk bersuka-cita!' kembali dia berbisik. Banyak ide yang banyak muncul dalam kepalanya. Mulai dengan menangkap wanita-wanita yang silau dapat harta kekayaannya, untuk jadi calon tumbal seterusnya.
"Kinar, mengapa pulang, Nak?" bertanya ibu Kinar, sejenak dia datang serta istirahat dalam sebuah rumah simpel. Selisih jauh situasinya dengan rumah Dirja, suaminya.
"Kinar. Takut. Bu. Perbuatan Dirja, telah kian jadi!' Kinar menarik napas panjang, menidurkan anaknya di atas bangku.
Ibu Kinar menunduk. Bersedih dengan situasi rumah tangganya. Telah beberapakali, Kinar mengharap restu si ibu untuk tinggalkan Dirja serta tinggal dengannya untuk sesaat.
"Kalaupun demikian ketetapanmu. Untuk saat ini, Kau, bisa tinggal di sini. Barangkali, ini, ketetapan yang terunggul, supaya luput dari efekburuk pesugihan itu!"
Kinar mengacaukank. Melepaskan diri, duduk di bangku. Istirahatkan badan serta pemikirannya. Sedikitnya, ia tidak akan lihat perepuan-perempuan yang dibawa Dirja tiap tiga purnama, jadi tumbal pesugihan.
Nyatanya, apa yang diperhitungkan Kinar, salah besar. Kesepakatan Dirja dengan makhluk pesugihan tersebut masih meneror dianya sendiri. Nyaris tiap malam, dia dikunjungi sesuatu makhluk tinggi besar. Kadang-kadang parasnya sangatlah mengerikan, tetapi, tidak acap juga munculnya bak pangeran. Ganteng serta gagah.
Kinar coba mengabaikannya. Dia selalu sholat 5 waktu, meminta anjuran di Si Khalik, supaya dapat lepas dari jeratan kesepakatan yang sedang dilakukan oleh Dirja. Soal yang tak dapat dia melakukan secara khusyuk di saat bersama Dirja, di dalam rumah mereka yang mewah seperti istana.
"Kau, tidak dapat lari, Anak Manusia. Kau merupakan pengantin yang udah dijanjikannya Dirja buatku. Kau tidak dapat kusakiti. Yakinkan!" Perkataan itu keluar makhluk gaib yang masuk ke mimpinya.
Kinar mengulet, usaha melepas diri dari efek sang makhluk. Tidak lupa, dia lagi lakukan zikir, membaca surat-surat yang dapat menebalkan keimanannya serta menghalang efek jelek makhluk itu.
Makhluk itu semacam tak suka, saat, Kinar tiada henti lakukan zikir. Aura amarah tersurat dari sinaran bola matanya yang memeras. Kinar juga tidak pengen terbujuk seperti Dirja, suaminya. Ia lagi bertahan serta tidak pengen terbujuk oleh daya tarik makhluk dari dimensi lain itu.
Sementara di dalam rumah suaminya, Dirja kian terjebak dalam gelimangan harta serta kekayaan yang dijajakan serta dikasihkan makhluk pemilik pesugihan itu. Banyak wanita elok yang terpukau serta terpikat oleh kekayaan Dirja yang banyak. Maka dari itu satu-satu pada mereka jadi tumbal tiap tiga purnama. Juga, Kinar juga pada akhirnya dipegat oleh Dirja.
Tuduhan serta kesangsian tetangga saat ini acapkali didengarkannya. Dirja terus sukses tutup mulut mereka dengan uang yang sejumlah begitu banyak. Maka dari itu kabar miring perihal kehidupan Dirja juga dapat dikerjakan.
"Dirja … bangun! Kesepakatan ini dapat selekasnya usai. Seluruhnya kekayaan yang ada kepada kamu dapat habis perlahan-lahan."
Kesepakatan Tumbal Anyar
Dirja dikagetkan dengan kehadiran makhluk gaib pemilik pesugihan yang dilaksanakan. Layak saja, ini malam cuaca demikian dingin. Tak seperti rata-rata. Tidur Lelaki itu juga tidak sepulas malam-malamsebelumnya.
"Ada apakah, Ki. Mengapa kesepakatan ini mesti tuntas?" bertanya Dirja dengan paras memucat. "Apa saya mengerjakan kekeliruan?" bertanya Dirja seterusnya. Serius kebingungan. Tak ketahui kenapa kesepakatan pesugihan dari mereka mesti usai. Meski sebenarnya tiap 3 bulan sekali Dirja terus sukses berikan tumbal yang udah dijanjikannya.
Makhluk itu menyeringai. Mistis serta culas. Macam ada suatu yang berencana dia targetkan. Sementara Dirja nampak was-was. Keringat dingin memancur deras dari dahinya.
"Saya tidak butuh tumbal-tumbal wanita yang sampai kini kau kasih. Kalau mau harta kekayaan yang ada lagi banyak, Kau mesti mengikuti kriteria kesepakatan yang anyar!"
Dirja membatasi napas. Dadanya bergelora. Tak tenang. Tunggu isi kesepakatan yang sesudah itu. Ia serius tidak dapat pikir dengan jernih. Yang ada di dalam isi kepalanya merupakan bayang-bayang kemiskinan serta kemelaratan yang dapat mendatanginya kembali.
"Apa isi kesepakatan itu, Ki?" tidak sabar, Dirja usaha memojokkan makhluk itu.
Makhluk itu kembali menyeringai. Menunjukkan kemenangan. Terasa Dirja tak kan menampik kesepakatan yang dijajakannya.
"Kalaupun Kinar, eks isterimu itu dapat menjadi pengantinku, Seumur hidupmu dapat hidup berlimpah harta!"
Dirja terkaget dengar isi kesepakatan yang dijajakan makhluk itu. Serius tak menerka kalaupun makhluk itu mengiincar isterinya untuk jadi pengantin. Untuk sekejap, Dirja termenung. Termenung, pikirkan keinginan makhluk pemilik pesugihan itu.
Di satu segi ia masih mengasihi serta menghendaki Kinar jadi isterinya. Sementara di lain bidang, dia pula tidak pengen balik ke hidupnya yang dahulu. Miskin serta terus dihina.
"Dapat saya mengusahakan agar, Ki!" jawab Dirja, datar.
Seringai penuh kemenangan terekspos saat ini di paras makhluk gaib itu. Tidak susah buatnya mengajak Dirja, janji-janji harta banyak dapat membuat tunduk serta pengen saja ikuti hasrat makhluk itu.
Demikian cepat Dirja selekasnya susul Kinar ke rumah eks mertuanya. Ia mesti sukses mengajak Kinar supaya pengen bersekutu dengan juga makhluk itu.
"Pengen apa Abang kesini?" bertanya Kinar ketus. Dirja sangat sedikit datang ibunya. Kalaupun tak ada perihal-perihal yang perlu, dia tidak dapat pengen bertandang kesini.
Comments
Post a Comment