Di kbm app telah tiba part 17 kian terbuka mistik pertalian Ucup dengan pribadi kuntilanak itu. Berkunjung yok kak tolong click follow dan abonemen di kbm app supaya kian semangat up ke Fb nya. Terima kasih.
"Cup......itt---uuuu---- ko serupa muka Ibu mu?" Tutur Kinoy terbata-bata
Sekejap napas di dadaku berasa demikian sesak. Detak jantungku terasanya tidak akan berdenyut saat memandang pribadi itu serupa sekali dengan Ibuku.
"Noy, saya pengen ke situ. Saya sangat percaya itu Ibuku Noy. Mereka pengen melakukan hal apa pada Ibuku?"
Dalam perhitungan detik, kakiku seperti ada yang menggerakan. Saya lari sekencang-kencangnya tinggalkan Kinoy di semak belukar masih yang diam membatasi ketakutan. Saya lagi lari dekati sekelompok pribadi mistis itu. Saya gak mau suatu hal terjadi dengan Ibuku.
Saat saya telah mulai merapat kelompok itu yang tengah mengitari Ibuku di atas sebuah timbunan kayu seperti mau membakar jasad Ibuku. Saya berteriai histeris sekalian sekujur badanku bergetar bagus.
"Stop.....ia Ibuku. Jangan sekalinya kalian mencelakakan Ibuku." Teriak ku sejadi-jadinya merusak kesepian malam.
Sangat banyak sorot mata yang memandang ku tajam. Tiba-tiba bulu-bulu kudukku kembali bergidik bagus saat mendadak pribadi kuntilanak merah wajahnya remuk itu terbang sekalian cekikikan dengan suaranya yang demikian melengking. Mataku terbelalak lebar memandang pribadi tertera di atas pohon-pohonan. Dalam sesaat mata mendadak muka remuknya beralih jadi muka gadis elok, ya ia Sekar.
Saya ada benar dari sisi jasad Ibuku yang di kelilingi oleh sosok-sosok mistis yang tengah memandang ku seribu bahasa. Nyaris segalanya wajahnya putih pucat dengan penglihatan mata yang kosong memandang ku dengan penuh ke sinisan. Hantu Sekar masih ketawa melengking di atas pohon jati dengan badannya yang demikian tinggi dan rambutnya yang paling gimbal.
Sekejap saya terlintas oleh doa yang Ibu kasih kalau saya mengenyam momen mistik. Ya, Doa itu selalu saya lantunkan pada keadaan krisis sebagai berikut. Perlahan-lahan, saya melantunkan doa itu dengan suara yang cukup cepat. Meskipun napasku berasa sesak dan sekujur tubuhku gemetar bagus tapi saya selalu beranikan diri membaca doa itu mengharapkan seluruh makhluk lembut yang mengitari ku lekas pergi jauh dan lenyap di muka bumi ini.
Tapi, pribadi kuntilanak merah tersebut masih saja terbang sampai kemudia berdiri tegak bertatapan dengan ku, bersebrangan dengan jasad Ibuku. Saya dengar suara Kinoy berteriak beberapa kali panggil-manggil namaku supaya saya lekas keluar dari tempat ini. Tapi, saya mustahil sampai hati tinggalkan Ibu orang diri dalam tempat ini.
"Ibu, bangun Bu. Ini saya Ucup anak mu Bu."
Ku dekap jasad Ibu yang demikian dingin dan kaku dengan mata yang terpejam. Kulit Ibu udah membiru dan gak ku dapatkan detak jantung atau detak nadi di badan Ibu.
"Ya Allah Bu, bangun Bu. Marilah kita pulang Bu."
Saya menangis sejadi-jadinya sekalian membatasi perasaan takut yang menakjubkan lantaran seluruh pribadi mistis baru saja berdiri mengitari ku sekarang serentak ambil langkah perlahan dekati ku sedang pribadi hantu Sekar mendadak lenyap tidak tahu ke mana. Saya serius di kelilingi oleh sosok-sosok mistis seolah sedang di kepung oleh makhluk yang namanya zombie.
Saya berteriak histeris mohon bantuan dan mau larikan diri tapi mendadak jumlah mereka sangat banyak dan lagi jalan mengitari ku, kian dekati ku. Tubuhku lemas gak punya daya sampai saya terjatuh di dekat jasad Ibuku. Ku dekap badan Ibu yang telah mulai berasa dingin. Saya gak dapat melepaskan Ibu sendiri di sini. Biarkanlah saya mati bersama Ibu, apabila saya bisa bersama-sama Ibu.
"Bu, apa yang terjadi dengan Ibu? Bu, tolong saya Bu, apa yang penting saya melakukan?"
Saya merengkuh badan Ibu sekalian gemetar lantaran pribadi mengerikan itu bertambah banyak mengepung ku dengan tatapan sinis dan saya dengar beberapa suara yang didengar demikian menggema seperti suara di pasar, berkesan jauh namun terang kedengar di telingaku.
"Kamu harus mati bersama Ibumu. Kamu harus mati saat ini juga. "
Suara itu berulangkali menggema di telingaku seperti suara dari sosok-sosok itu masih yang coba dekati ku lebih dekat kembali. Tapi, mulut mereka tiada yang bergerak sama sekalipun. Beberapa suara itu semacam mengitari ku tapi kedengar sangat jauh.
Tak lama setelahnya, sosok-sosok itu sekejap stop benar punya jarak satu mtr. di hadapanku. Saya masih menggenggam jasad Ibuku dengan kuat meskipun saya tahu jika Ibuku telah tidak bernyawa kembali.
"Bunuhlah saya. Saya tak takut mati."
Saya berteriak didepan mereka. Tidak tahu kenapa saya seperti mendapati saluran energi maka dari itu saya berani meneror mereka.
"Mengapa kalian diam? Bunuhlah saya saat ini. Saya tulus mati bersama Ibuku di tempat ini. Kalau memang benar ada kekeliruan dari kami, saya jadi anaknya memohon maaf. Namun saya memohon berikan info saya di mana kekeliruan kami?"
Napasku berasa demikian sesak berkata hal demikian dengan cepat dan gemetaran. Suara Kinoy lagi kedengar terang di telingaku tapi saya kebingungan harus melakukan hal apa? Saya mau lari disini tapi saya waswas dengan Ibu. Aku juga gak mau ada suatu hal yang mengenai Kinoy di semak ilalang itu.
"Cup....marilah kita pergi Cup. Ucup......."
Seterusnya saya tidak akan dengar suara Kinoy. Pikiranku kian kalut dan sekujur badanku lemas gak punya daya juga detak jantungku kian menurun. Keadaan sekejap sepi sunyi gak ada kembali suara yang merusak kesepian malam. Cuma embusan angin yang demikian dingin menyerang ke pori-poriku.
Ku lihat muka Ibu yang demikian syahdu tapi pucat seperti mayat. Nyaris lima bulan lama waktunya saya gak berbicara dengan Ibu lantaran pekerjaan universitas yang menimbun. Namun, sekarang saya malah berbicara dengan Ibu di Alas roban ini, di rimba mengerikan ini.
Saat saya tengah konsentrasi ke jasad Ibu, dalam perhitungan detik saya melihat mengarah sosok-sosok mistis yang tengah berdiri mematung mengitari ku mendadak muka mereka remuk seluruh, ada yang bola matanya berlubang dan darah fresh bercucur di pipi. Ada yang badan tiada kepala juga juga ada yang badannya cuma hingga sampai pinggang. Degup jantungku kian mencari dan penglihatan mataku sekejap samar-samar. Perasaan takut ini serius merambat ke seluruhnya badanku sampai saya terjatuh dari sisi jasad Ibu dan kakiku ringkuk menggigil membatasi takut yang sangat menakjubkan.
"Bu, tolong saya Bu." Ucapku dalam hati sekalian memegang tangan Ibu yang seperti es.
Muka mereka serius demikian mencekam dan berbau busuk mulai menusuk di hidungku sampai saya tiba-tiba muntah bagus. Saat saya tengah muntah mendadak suara hantu Sekar kembali bergema seolah sedang mentertawai ku. Saya menundukan kepala dan sembunyikan parasku di ke-2 lutut dengan tutup hidungku lantaran berbau bangkai itu benar-benar menusuk di hidung.
"Ya Tuhan, saya pasrah. Lebih bagus saya mati bersama Ibu dibanding saya di siksa sebagai berikut. Namun, saya memohon balikkan Kinoy ke rumah dengan selamat." Batinku terasanya mau menjerit.
Saat saya menggigil ketakutan dengar suara cekikikan yang demikian melengking mendadak saya dengar suara yang gak asing di telingaku :
"Nak, bangunlah...."
Tiba-tiba mataku terbelalak lebar dan kepalaku langsung terangkut memandang di depan di mana sosok-sosok seperti zombie itu rupanya udah lenyap secara mendadak.
Jantungku terasanya stop sebentar saat memandang pribadi almarhumah Ayah ku tengah berdiri tegak lebih kurang 5 mtr. dari hadapanku dan jasad Ibu mendadak telah tidak berada pada dekatku.
"Ayah??? Ibu ke mana Yah? Apa yang terjadi, tolong sebutkan Yah! Gak boleh siksa saya sebagai berikut."
Saya takluk didepan Ayah sekalian menangis tersedu-sedan membatasi sesak di dada dan kadangkala mataku melirik ke atas pohon jati yang demikian rimbun di mana saya memandang kuntilanak merah itu tengah mengayun-ayunkan kakinya yang demikian panjang dan matanya merah memancar sekalian memutar-mutar kepalanya.
Pribadi almarhumah Ayahku cuma diam gak bercakap apapun kembali. Parasnya juga ada segores darah pada sisi pipi dan kening, darah segarnya bercucur. Saya gak tahu apa yang terjadi dengan almarhumah Ayah juga sekarang aku juga gak tahu apa yang terjadi dengan Ibu. Apa kondisi Ibu dalam rumah baik saja???
"Saya memohon Yah, balikkan saya dan Ibu pada keadaan sehat. Gak boleh siksa kami sebagai berikut."
Tapi, Ayah sekilat membalikan tubuh dan jalan masuk semak ilalang tiada bercakap apapun kembali.
"Yah......nanti saya Yah......!"
Saya berteriak sekalian lari kejar Ayah tapi mendadak figurnya lenyap di tengah-tengah semak-semak. Juga suara Kinoy juga telah tidak kembali kedengar. Kakiku kian gemetaran bagus cuma karena saya sendiri di tengah-tengah rimba ini, seperti gak ada kembali kehidupan.
Saya terjatuh di bawah akar pohon rimbun yang melambung tinggi dari atah sampai ke tanah dan tampak mirip orang yang tengah menggantung diri. Pikiranku melayang-layang tidak tahu ke mana dan badanku gak dapat kembali di pergerakan seperti gak bertulang kembali.
"Ya Tuhan, cabutlah nyawaku saat ini. Saya telah tidak kuat kembali."
Napasku seperti udah ada di dalam ujung kerongkongan. Tapi mendadak ada jemari jari yang meraba-raba bahuku dari belakang. Mataku kembali melotot bagus dan jantungku terasanya putus.
"Toolloonngg......Ucup.....tolong saya Cup..."
Kakiku di bawa oleh pribadi gak kasar mata sampai badanku terjebak ke bawah tanjakan yang demikian tinggi dan keningku berdarah terbentur tangkai pohon-pohonan.
"Cup...kamu di mana Cup?" Ucapku lirih sekalian berusaha untuk bangun meskipun kakiku dipenuhi dengan cidera gores dan keningku berdarah.
Saya jalan perlahan naiki tanjakan kembali buat cari Ucup. Masing-masing langkah ku lintasi dengan menggenggam tangkai pohon satu satu buat menumpang badan ku yang udah kurang kuat ini.
"Ya Allah Cup, mengapa kita dapat berikut sich Cup? Apa salah kita Cup?" Batinku bertanya sekalian memandang ke atas tanjakan.
Tapi mendadak saya dengar suara adzan subuh yang demikian merdu. Tiba-tiba saya terkaget menakjubkan lantaran suara adzan itu seperti dekat sekali dengan ku. Seperti mendapatkan saluran listrik, aku terus lari sekencang-kencangnya ke arah sumber suara adzan itu.
Comments
Post a Comment