Icha dan keluarga besarnya yang tinggal di Garut Kota simpan kejadian mistik saat pernah datang Leweung Sancang di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Momen ini kemungkinan berlangsung di tahun 80-an di saat Icha masih duduk di kursi Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Kebanyakan keluarga Icha cinta memancing, dan bertepatan Pamengpeuk satu diantara lokasi pantai di Garut dengan kemegahan alam yang paling asri. Tetapi, diperjalanan ini kali keluarga Icha lebih focus untuk main di rimba yang ada tak jauh dari pantai.
RS Arjawinangun Cirebon yang Telah Lama Tidak Kepakai Simpan Narasi Horor gara-gara Jadi Tempat Bersalin, Berikut Ceritanya
Rimba yang dikatakan yang memiliki nama Leweung Sancang, rimba ini punyai legenda yang lumayan kuat. Dijelaskan kalau tempat ini dahulunya merupakan petilasan Prabu Siliwangi sebagai orang raja di tatar Parahyangan.
Awal mula ceritanya, keluarga Icha mengawali perjalanan ketujuan Leweung Sancang saat subuh dengan gunakan dua mobil yang sama sama bersamaan. Jalan ketujuan Leweung Sancang sangatlah berliku-liku serupa ular dan perlu waktu kira-kira 3-3,5 jam dari Garut Kota. Lantaran telah pergi mulai sejak subuh, karenanya saat pagi hari keluarga Icha telah datang dalam tempat arah.
Seluruh bekal lantas di turunkan sekalian menyebar koran dan karpet jadi tempat duduk dengan sikap rimba. Panorama pohon yang rimbun rumput-rumputan yang hijau dengan panorama yang bersebelahan langsung dengan Samudera Hindia bikin berlibur ini kali jadi sangatlah membahagiakan.
Tidak berasa hari mulai gelap, matahari lantas seperti ditelan oleh bumi. Seluruh bekal ditempatkan kembali ke mobil. Lantaran medannya cukup susah karenanya keluarga Icha lantas langsung untuk keluar rimba.
Tapi, mereka kayaknya telah begitu terlambat untuk keluar Leweung Sancang. Waktu itu jam telah menujukkan lebih pada jam 17.00 WIB.
Maknanya, mereka dapat melalui rimba di saat hari telah gelap, ingat medan jalan setapak tak dapat dilewati dalam sekejap oleh mobil. Nach, disini keceriaan mereka beralih jadi pengalaman yang cukup mencekam.
Mobil telah dihidupkan dan kelompok mobil pertama kali sudah mulai jalan sekalian buka jalan setapak untuk dilalui. Sampai beberapa waktu lantas jam memberikan jam 18.00 WIB. Jalanan sangat gelap, meskipun sejumlah rambu yang memberikan jalan keluar udah dilalui, tapi kelompok Icha seperti berputar kembali ke arah tempat yang serupa.
Masalah ini bersambung sampai nyaris dua jam lama waktunya. Ke-2 kirab mobil ini semacam cuma berputar dalam gelapnya Leweung Sancang. Memanglah tidak ada munculnya yang nampak, tapi si penjaga Leweung Sancang sekakan murka lantaran belumlah ada manusia yang tinggalkan rimba itu sehabis magrib.
Sebagian orang yang berada pada kelompok itu juga was-was, dikarenakan kian lama berputar-putar dalam rimba, karenanya stock bahan bakar kendaraan dapat tambah berkurang. Sampai kelanjutannnya kelompok itu meminggirkan kendaraannya dan satu diantaranya orang yang dituakan (Kakek Icha) turun dari mobil dan duduk berdoa.
Doa lantas dipanjatkan bergabung dengan komunikasi yang sedang dilakukan oleh si kakek sepanjang lebih kurang 10 menit. Tidak lama berlalu kakek Icha lantas bangun dan langsung mengharap kelompok untuk jalan lagi untuk keluar rimba.
Betul saja, sekalian mengikut anjuran, kelompok itu juga sukses keluar rimba serta mulai masuk perkampungan masyarakat. Diceritakan kalau Leweung Sancang masih yang punyai aura mistik kuat waktu itu, punyai penjaga yang tidak kasar mata.
Penjaga itu dapat bikin tiap-tiap orang yang masuk ke rimba itu tersasar dan tak dapat keluar di saat hari telah mulai gelap. Kekeliruan tersebut yang bikin keluarga besar Icha tak dapat keluar rimba secara lancar gara-gara begitu petang.
Comments
Post a Comment