Begitu kagetnya mela figur yang seperti ibunya putar kepala kebelakang tetapi badannya tidak bergerak.
Muka menakutkan itu ketawa cekikikan, mela lari sekencang kencangnya tanpa melihat kembali kebelakang.
Tau-tau ada yang lari lebih kuat dari nya.!!
Sosok wanita memiliki rambut panjang lari tanpa mencapai tanah dan ketawa cekikikan menyusul mela.
Buru buru mela mendobrak pintu rumah dengan peluh banjiri badannya.
Tidak lama pintu dibuka dari di rumah, bu lastri yang ketidaktahuan menyaksikan putrinya tersengal-sengal juga menanyakan.
"kamu teh mengapa mel.?? Kaya di kejar setan saja.!! "
Mela masih tidak dapat berbicara karena madih terpikir peristiwa baru saja, bu lastri memberikan satu gelas air putih supaya di minum mela.
Sekarang malam sudah terlarut, tau-tau mela mimpi bila ada orang yang hendak ambil ke-2 orang tuanya. Dia berteriak manggil ayah dan ibunya, sampai kedengar kekamar ibunya.
Tidak lama bu lastri menggugah mela karena dia cemas menyaksikan mela terus ketakutan.
"alhamdullilah cuman mimpi.!! "
Ku gosokkan ke-2 tangan ke muka ku karena yang kualami baru saja hanya mimpi jelek, meskipun saya tidak
"jadi bukan saya saja yang di kacaukan ya mel, rupanya kamu juga. "
Dinda tanpak berpikiran, sementara mela duduk di bangku teras tempat tinggalnya dan tanpak mukanya masih simpan rasa cemas.
"iya teh, jadi kapan gagasannya kita ingin genduri di dalam rumah mak kom.?? "
Tau-tau mela terpikir bila mereka akan melangsungkan genduri agar mendiang mak kom dapat tenang.
"kelak teteh tanya dahulu sama mak eros dan pak kepala desa mel, agar mereka yang kualitasskan hari apa akan dikerjakannya. "
Dinda berdiri dari tempat duduknya dan akan ke klinik.
"teteh ingin ke klinik dahulu mel, ini sudah lama tidak masuk ngerinya kelak ada yang ingin berobat tetehnya tidak ada terus kan kasihan sama mereka. "
Saya tersenyum menyaksikan mengarah mela yang wajahnya kuatir.
"sepertinya ini hari saya tidak turut teh, rasa tidak nikmat tubuh. "
Mela menggenggam leher dan keningnya, sejak peristiwa mlm tdi mela terus ketakutan.
"ya sudah tidak papah, kelak teteh bawakan obat untuk mu ya. "
Selanjutnya dinda berakhir dari tempat tinggalnya mela, dan sekarang dinda sudah melalui jalanan setapak yang cuman dapat di lewati oleh kendaraan bermotor saja.
Angin terhembus sedikit kuat karena memang di dusun pusara tuo ini daratan tinggi jadi angin dengan bebasnya bertiup, rambut rambut dinda juga turut berterbangan, udara dingin tembus dibalik pakaian putih simbol kesehatan itu.
Seperti umumnya rumah rumah yang di lewati dinda masih tertutup, sampai dinda berpikiran kapan terbukanya pintu rumah mereka.
Klinik telah terlihat dari terlalu jauh dinda makin percepat cara kakinya supaya sampai.
Dicapai kunci yang ada di dalam tas hitam kepunyaannya, karena telah sekian hari tidak masuk dinda bersihkan ruang yang berdebu.
Tidak lama sesudah bersihkan klinik kedengar suara ketukan pintu.
Tok.... Tok...!!
"buk bidan saya ingin berobat."
Seorang ibu muda yang sedang menggendong bayinya.
"iya,, silahkan masuk buk siapakah yang sakit ini.?? "
Saya menanyakan sekalian tersenyum raman padanya.
"anak saya kalaw malam tubuhnya panas buk, saya bersedih menyaksikannya.!! "
Ku pegang badan bayi itu, badannya benar-benar dingin dan detak jantungnya juga melamah.
Sesudah meriksa kesemuaannya, saya mengolah obat supaya kondisi bayi itu lebih baik.
"ini saya racikan obat ya bu, kelak diminumkan 3x satu hari dengan ditetes ke dalam mulut bayinya ya bu. "
Ku mengambil tetes supaya memudahkan dia membrikan obat ke bayinya.
"bu bidan kelak pulangnya tidak boleh ke sorean ya.!! "
Pengucapan ibu muda ini mengingati pada mak eros, dia memberi pesan semacam itu.
"iya, terima kasih ya bu anjurannya. "
Sementara mela di rumah masih seperti ketakutan.
"lo ibu kok pulangnya cepat bu.?? "
Saya menanyakan pada ibu ku, tidak seperti umumnya pulang jam begini dari kebun.
"ibu tidak nikmat tubuh. "
Ibu menjawab dengan singkat, jujur sebetulnya saya takut bila ibu demam ditambah saya tadi malam saya mimpi jelek.
"agar saya pintakan obat pada teh dinda ya buk. "
Sebetulnya saya sendiri kurang nikmat tubuh, tetapi menyaksikan ibu terbujur lemas saya sunghuh tidak sampai hati.
Sampai ku sendiri yang hendak ke klinik untuk minta obat pada teh dinda, kalaw dapat kelak sekaligus agar ku mengajak kerumah untuk meriksa kondisi ibu.
Mela bergerak dan tutup pintu rumah simpelnya.
Mela jalan sekalian menyaksikan sekitar jalan, memang. Panorama di dusunnya ini masih cantik dan asri sayang keangkeran masih demikian berasa.
Sementara di klinik dinda sudah berdiap siap untuk pulang, dia tidak ingin bila peristiwa tempo hari kemarin terulang lagi sedang menjadi dia memutuskan pulang lebih cepat walau masih jam tiga sore.
Tau-tau jendela klinik terbuka terkadang tertutup dan kain ordengnya seperti dimainkan seorang.
Hati dinda mulai tidak karuan keberaniannya tidak seperti umumnya kembali saat ini dia lebih cukup penakut.
Saat akan tutup jendela tangan dinda tertarik kembali karena ada yang mengetok pintu.
Selekasnya dia ke arah ke depan dan tinggalkan jendela.
Comments
Post a Comment