Sesudah kami menyebarkan garam di sekitar tempat kami bekerja peristiwa - peristiwa aneh semakin kuat.
"Mereka" seperti geram dan makin memberikan keberadaannya.
Yang awalannya mereka cuman mainkan barang - barang, saat ini mereka berani memberikan bentuk mereka.
Tidak mengenal waktu mereka selalu mengusik kami, seakan ingin kami keluar dari tempat itu.
Siang hari, waktu makan siang saya putar lagu album utopia.
Umumnya bila lagu telah habis akan automatis putar lagu selanjutnya.
Tetapi tidak waktu itu, lagu "di antara ada dan tidak ada" sedang di putar.
Saat lagunya habis bukan ganti ke lagu selanjutnya tetapi mengulang-ulang kembali itu.
Saya menduga biasa-biasa saja awalannya.
Saya coba untuk "next" manual lagu selanjutnya di putar.
Tetapi saat lagu itu habis yang kembali di putar malah "di antara ada dan tidak ada".
Saya dan temanku mulai berasa ada yang ganjil.
Kami memilih untuk biarkan lagu itu terus berputar-putar.
Kemungkinan "mereka" sukai lagu itu.
3x lagu itu di putar automatis, baru ganti dengan lagu lainnya.
Hal aneh yang bisa kami pahami.
Malam hari, kami memilih untuk tidak tidur tengah malam.
Jam 9 kami telah siap-siap tidur.
Temanku akan melakukan sholat isya, dan saya menantinya sekalian membenahi kasur karena saat itu saya sedang haid.
Kasur telah rapi, temanku mulai sholat saya tiduran menghadap temanku.
Begitu kagetnya saya, saat temanku rukuk saya menyaksikan ada makhluk ada berada di belakangnya.
Makhluk dengan kain kafan putih bersih tetapi mukanya tertutup kain, mengambang pas ada di belakang temanku.
Saya yang shock tidak ingin mencengangkan temanku dengan suara teriakanku.
Saya cuman dapat sembunyi dibalik bantal guling sekalian terus menyebutkan nama Allah SWT.
"Ka, kamu mengapa?" Bertanya temanku yang telah usai sholat.
"Gak, gapapa ko."
"Tidak boleh berbohong. Kalau tak ada apa - apa mengapa cemas getho? Narasi ka ada apakah? "
"Ya sudah esok pagi saja saya ceritainnya."
Temanku telah tidur nyenyak, dan saya yang serba salah.
Bila saya pejamkan mata, figur makhluk putih itu terpikir - bayang di daya ingatku.
Tetapi bila saya buka mata, saya takut ada sesuatu hal yang lain kelihatan olehku.
Pagi harinya kami harus kepasar beli bahan makanan untuk menu pada tempat makan kami.
Karena jaraknya lumayan dekat kami jalan kaki.
"Ka, ucapnya ingin narasi tadi malam mengapa?"
"Eh itu...tp kamu percaya ingin denger?"
"Iya gak apa - apa, narasi saja kita udh kerap kan ngalamin hal mistik pada tempat itu."
"Semalem waktu kamu sholat saya simak ada pocong ada di belakang kamu."
"Astaghfirullah hal 'adzim...yang benar ka, kamu salah simak kali."
"Betulan, itu tuch terang sekali. Tetapi wajahnya ketutupan kain kafan."
Mataku mulai berkaca - kaca ingat apa yang sudah saya saksikan tadi malam.
Temanku tidak meneruskan pembicaraan ini.
Kami makin percaya untuk resign dari tugas ini.
Kami mengontak bos dan ajukan kemauan kami untuk resign dengan argumen yang betul jika kami selalu di kacaukan "mereka".
Tetapi bos kami memandang kami bohong.
Untuk memberikan bukti bos kami bermalam tadi malam pada tempat kami.
Tetapi saat bos kami bermalam malah tidak ada sesuatu hal aneh yang terjadi.
Dapur yang selalu bising, saat malam itu sunyi.
Betul - betul seperti tidak ada kehidupan.
Karena bos kami tidak alami masalah apa saja, kami tidak di perkenankan untuk resign.
Tetapi kami masih tetap bersikukuh untuk resign, pada akhirnya bos menyepakati dengan persyaratan tidak langsung resign hari itu, tetapi harus menanti sekian hari kembali untuk cari alternatif kami.
Walau tidak langsung resign tetapi kami lega.
Sebentar lagi kami akan keluar dari perkumpulan "mereka".
Esok harinya, temanku sendirian di muka tv berjaga-jaga - menjaga jika ada tamu yang tiba.
Saya sedang ke kamar mandi sesaat. Saat saya kembali menyaksikan muka temanku seperti orang ketidaktahuan.
"Kamu mengapa de?"
" Itu lah saya kembali menonton tv, denger ada suara anak kecil manggil "kakak, kakak" getho. Cocok saya mencari tak ada, saya keluar kirain ada anak kecil betulan, tetapi tak ada."
"Saya kembali lagi buat menonton tv, trus ada di belakang saya denger suara kaki anak kecil lari - lari. Saya lihat ke belakang ia kembali berdiri disana mainan lampu." (Berdiri di muka papan nama tempat makan kami yang di lilit lampu tumbler)
"Ia tertawa - tertawa ka, terus lari nyebrang. Saya takut ia ketabrak motor, saya lari keluar eh tak ada siapa - siapa."
Temanku menceritakan dengan muka yang ketidaktahuan.
Saya ambil satu gelas air putih dan menentramkan ia.
"Ya sudah biarin saja, ia kembali mau bermain kali."
Datang - datang smartphone temanku mengeluarkan bunyi.
Rupanya ibu temanku yang menelepon.
Ibu temanku ini pastikan jika kami betul - betul akan resign dari tempat ini.
Karena ibu temanku cemas nyawa kami terancam.
Sesaat bos kami memberikan berita jika esok kami dapat pulang karena telah ada alternatif kami.
Lega dan was - was.
Lega karena kami akan keluar masalah ini.
Was - was karena kami masih mempunyai satu malam kembali di sini.
Kami mengharap tidak ada sesuatu hal yang terjadi.
Jam memberikan jam sembilan malam. Tempat makan kami telah tutup.
Kami memiliki inisiatif beli nasi goreng di muka salon.
Kami makan pada tempat sekaligus mohon pamit karena esok kami tak lagi bekerja disitu.
Rupanya ada ibu salon yang terlibat perbincangan dengan tukan nasi goreng.
Kebenaran kembali sepi malam itu.
"Mas nasi gorengnya dua makan sini ya."
"Siap neng."
"Bu, mas kita sekaligus ingin pamitan. Esok kita udh gak kerja kembali di sini."
"Alhamdulillah..bagus neng, saya kasian sama neng kalau lama - lama disana."
"Emangnya mengapa mas?"
"Neng, dahulu saat sebelum kalian ada cowok yang kerja disana hanya 2 hari resign. Gak kuat walau sebenarnya mereka cowok. Ibu respek loh sama kalian dapat tahan di sana 2 bulan."
"Masa sich bu?"
"Nih neng, mas ceritain saja ya kan esok neng ingin resign. Sejak dahulu ingin mas ceritain ngerinya kalian jadi pikirkan.
Dahulu itu rumah orang cina, sudah lama sekali ada beberapa puluh tahun kayanya.
Kebakaran itu rumah temgah malem. Cocok kembali pada tidur.
Ini kan wilayah masih terhitung daerah ya permukiman masyarakat jauh jadi tak ada yang dapat bantuin karena gak tahu , tahu - tahu api sudah besar.
Ada yang teriak - teriak kebakaran baru masyarakat pada tahu langsung coba madamin api tetapi ya gak dapat sudah telanjur besar apinya.
Cocok sudah padam kan ada pemadam sama ambulan ucapnya satu keluarga wafat semua disana.
Kalau gak salah ada 5 orang, ibu, bapak, anak kecil, nenek sama pembantunya. Semua hangus neng sampai wajahnya gak dapat di kenalin. Denger - denger sang getho."
"Iya tuch terus itu bangunan lama sekali didiemin getho saja.
Terus dibangun ruko kita ini baru berapakah tahun dech.
Nach pertama ruko kamu itu di tempatin toko beras orang cina yang punyai.
Bapak - bapak, baru saja disana wafat ucapnya terkena penyakit serangan jantung." Lebih ibu salon.
"Terus ya neng, kata orang yang kerap melalui. Gak siang gak malem kerap di liatin kuntilanak disana.
Kalau gak deket pintu samping duduk pada tempat sampah, di muka sini nih bawah pohon.
Nach terus tempat makan ini kan jarang-jarang ada tamunya ya, ucapnya mah gak pada tahu kalau ini tempat makan, liatnya bangunan kosong doang."
"Apa lagi depan ruko kalian kan cocok pelintasan kereta api tak ada palangnya, sering kali di sana orang ketabrak kereta wafat pada tempat.
Ada yang naik motor, ada pula yang jalan kaki rata - rata kepalanya remuk neng. Horor dech."
"Memang neng tidak pernah merasakan apa - apa getho di sana ko tahan sang?
Ibu saja nih kalau malem sukai kedengeran suara orang nangis dari ruko samping.
Gak tahu itu dari ruko tengah apa dari ruko kalian.
Ibu mah ngerinya kalian yang nangis ketakutan.
Ibu ingin didatangin ibu takut, gak ibu didatangin ibu cemas.
Udh memang benar mendingan resign saja neng, mencari aman."
"Maaf bu, mas, kita emng kerap ngalamin hal aneh, kita udh narasi ke bos tetapi bos gak yakin."
"Memang bos kalian demikian, dahulu sudah pernah ibu bilangin neng tetapi kaya gak percayaan getho orangnya di anggap ibu ngada - ada."
" Ya sudah bu, gak apa - apa esok kita pulang ko. Terima kasih ya bu sudah perhatian sama kita."
Sesudah bayar nasi goreng kami kembali ke arah tempat kami dan siap-siap untuk tidur.
Pada akhirnya kami tahu apa yang terjadi pada tempat ini.
Bermula dari kebakaran yang tewaskan semua keluarga. Lantas bapak pemilik toko beras. Dan dari korban - korban kecelakaan di rel kereta.
Memang ruh mereka kemungkinan telah tenang tetapi jin jahat yang ingin memprovokasi manusia secara mudah menyaru jadi mereka.
Ditambah bangunan ini telah lama kosong.
Malam itu malam paling akhir kami. Kami mengharap semua aman.
Tetapi kelihatannya dengan kami yang telah di beritahu asal mula "mereka", justru makin menambah "mereka" agresif.
Belum terlampau malam kami telah matikan lampu.
Cuman terpancar pencahayaan dari dapur. Karena dapur terletak dari sisi kamar kami.
Kami tidur menghadap ke dapur.
Ada kaca tebal dan tralis besi maka bila ada orang di dapur akan kelihatan bayang-bayangnya.
Oh ya ada satu perihal aneh yang belum tersingkap.
Menu unggulan kami memang ayam goreng, tetapi ada menu pendamping yang lain seperti sate usus dan ati ampela.
Bila ini hari tidak habis bahan makanan itu kami hangatkan lalu kami tutup dalam panci lalu di atasnya kami berikan batu yang berat.
Takut kelak ada tikus atau binatang lain masuk.
Entahlah mengapa bila sate dalaman masih tersisa, besok paginya saat kami akan panasi kembali selalu lenyap satu tusuk.
Tetapi tusuknya ada di panci, kadang berantakan di bawah kompor.
Entahlah siapakah yang mengkonsumsinya.
Jika tikus mengapa dapat serapi itu walau sebenarnya tutup panci dan batunya tetap sama status sama sekalipun.
Kembali lagi ke malam itu, pucuk ketakutan kami.
Kami tiduran menghadap dapur. Mulai kedengar suara.
Walau sebenarnya masih jam sepuluh.
Ini kali lebih ribut dari umumnya.
Gelas dan piring melamin berguguran.
Pintu kulkas yang didengar seperi dibuka tutup.
Keran air wastafel yang dibuka tutup.
Kompor seakan ada yang menghidupkan.
Paling akhir...
Suara pisau yang di pertajam!!
Kami tidak dapat melakukan perbuatan apa - apa.
Cuman sama-sama berangkulan sekalian membaca ayat suci al-qur'an.
Berharap pelindungan dari Allah SWT.
Air mata tidak dapat kembali kami bendung, bahkan tidak berasa kami tertidur.
Esok paginya, kami bangun benar-benar pagi dan mengharap bos kami cepat sampai.
Sesudah bos datang kami diantar sampai terminal bis dan mohon pamit.
Tidak lupa kami berterima kasih.
Kami mengharap siapa saja yang gantikan kami tidak alami hal sama.
Sekurang-kurangnya janganlah sampai ada korban jiwa lagu pada tempat itu.
Comments
Post a Comment