Waktu malam hari di pondok putri Al-Ishlah Bondowoso Ada orang anak wanita mau mau bab, tapatnya jam sembilan malam. Masa itu bahwasanya seluruh anak udah bergerak tidur, tetapi lantaran tekanan biologis, karenanya anak wanita itu lantas menekatkan diri buat pergi sendirian ke kamar mandi.
Rata-rata jam udah terlarut sesuai itu, murit jangan keluar, manalagi sendirian. Kadang-kadang pula membawa anak lain jadi rekan agar nggak sendirian waktu keluar asrama. Tetapi lagi, tekanan dari dalam badan lah yang bikin ia ngotot serta tak pandang situasi.
Jam 9.00 itu saat yang sudah malam, sangatlah sebaliknya. Lantaran dalam tempat itu, di wilayah pondok itu merupakan tempat di mana jauh dari masyarakat, lumayan jauh. Tempat lebih kurang merupakan suatu sawah yang di tanami oleh banyak pohon lebat.
Tak ada lampu jalan ataupun kendaraan yang melintasi. Di pondok itu, keadaan serius gelap pekat serta jarang ada juga kendaraan yang melintasi. Pengen ke mana seseorang kalaupun melintasi jalan ini, terkecuali kalau ia mau singgah di pondok itu.
Wanita itu juga sedikit lari terbilit-bilit saking karena kebeletnya.
Kalau kamar mandi itu berada pada dalam asrama, kemungkinan lebih membantu ia buat pergi, tetapi ini bukanlah. Ia harus keluar asrama sendirian serta melintasi lapangan yang gelap buat berangkat ke kamar mandi itu.
Ia melintasi lapangan itu dari tepi. Kemungkinan bahwasanya tidak jauh, tetapi udah lumayan untuk bikin bulu-bulu kuduk bergidik. Lampu yang tercatat cuman ada di muka kamar asrama serta di muka kamar mandi yang mau dia sasar.
Ia ketujuan lampu yang cuman nampak di depannya itu.
Ada dua kamar mandi yang berdempetan di pondok itu. Dua kamar mandi itu menghadap utara, lantas ada sedikit tempat kecil di depannya yang umum dipakai buat membasuh pakaian beberapa santri.
Masuk perempun itu di kamar mandi samping timur.
Dalam kamar mandi itu paling padat tembok yang mengusapt di antara satu kamar mandi ke kamar mandi satunya kembali. Lantas di tengah-tengah tembok yang batasi dua kamar mandi itu ada lubang yang tidak besar, namun juga tak kekecilan. Lumayan untuk mengalihkan suatu benda berwujud, sabun, perlengkapan mandi dll.
Sebelumnya masuk kamar mandi, wanita itu terasa ada satu orang yang mandi di tengah-tengah malam mencemkam itu, di kamar mandi sampingnya, barat.
Wanita itu juga gak perduli. Ia masuk langsung serta buang hajat. Terfikir di benaknya, siapa ya yang mandi malam-malam berikut. Tetapi wanita itu selalu konsentrasi dengan yang ia kerjakan waktu itu.
Bulu-bulu kuduk wanita itu awal berdiri kedua-duanya.
Jeeburr.. Jeburr.. Jeburr..
Suara air orang mandi itu tak alamiah, kayaknya ia mau tergesa-gesa merampungkan mandinya. Ia mandi dalam sekejap sekali, tidak tahu berapakah ember udah yang ia habiskan.
Waktu lagi jalan, sepanjang wanita itu diam merampungkan hajatnya, sepanjang itu pula orang yang mandi itu mandi dengan sangatlah cepat-cepat.
Perasaan takut mulai menyelimuti.
Waktu mau cebok, wanita itu ambil sabun serta memandang bak air yang berada pada sana. Di menemukan nyatanya, ia tak sadar kalaupun gayung yang umum buat ambil air itu tak ada.
Bagaimana tekniknya cebok kalaupun gayungnya tak ada?
Selanjutnya dengan berkemauan kuat, wanita itu dengan suara sebiasa kemungkinan buat pinjam gayung dari kamar mandi samping. Bercakaplah wanita itu,
"Baraaatt… Baraaattt… Pinjem gayungnya donk …"
Saat itu, orang yang mandi di sebelahnya langsung stop keseluruhan. Tak ada lagi suara cipratan air yang didengar di situ.
Lantas ada suara lelaki yang keras, tinggi kembali menggelegar menjawap keinginan dari wanita itu..
"JANGANKAN GAYUNG, KEPALA AJA NGGAK PUNYA.."
Saat itu wanita itu lari keluar kamar mandi serta berangkat ke ketujuan asrama sekalian menjerit ketakutan.
Sesampainya di asrama, seluruh anak yang berada pada pondok wanita itu bangun serta terkaget terasa satu diantaranya temannya yang berjongkok menangis ketakutan. Beberapa santri itu pula terkejut lantaran temannya belum memakai celana. Di dekaplah wanita itu dengan rasa waswas lalu ditanyakan mengapa. Tetapi wanita itu tetap masih menagis tergeru-geru.
Narasi ini saya peroleh dari rekan saya yang kakak wanitaya sendiri yang mengenyam kejadian ini waktu berapakah di pondok itu dahulu serasi masih dibangku SMA.
Comments
Post a Comment