Mulut kembali menguap kembali, walau sebenarnya jam masih memperlihatkan jam tujuh malam. Tidak seperti hari biasa saya berasa mengantuk, walau sebenarnya tiap hari selalu tidur nyaris larut malam. Kumatikan netbook saat sebelum selesai kerjakan skripsi, mata telah capek ingin mengakhiri pekerjaan bikin pusing kepala.
Dalam waktu cepat badan terhempas nikmati gelapnya penglihatan sebelum waktunya teramat malam, lampu belajar juga belum termatikan. Tetapi alam mimpi sudah ambil diri untuk menceritakan tanpa riil, dan betul ruang hitam sudah tidak asing buatku, kembali lagi harus berada di titik di mana perasaan takut kembali terulang lagi tanpa ampun.
Semaksimal mungkin badan usaha untuk melepas dari rasa kaku dan membeku dingin, udara perlahan-lahan menyelimutinya badan, pakaian tidur yang kukenakan mendadak basah sendirinya. Hembusan angin membuat rasa menggigil luar biasa, detak jantung berdebar-debar kuat tiada henti, ketika mimpi ini selalu datang.
Figur hitam tidak berbentuk masih pada status yang serupa, bahkan juga bayang-bayang badannya samar-samar kelihatan, perasaan takut terus menghantuiku, bagaimana tidak... nyaris tiap hari harus bertemu dengan figur tidak pernah aku inginkan datang dalam mimpiku!
Inginku capai sinar jelas dari balik pintu tertutup rapat, tetapi sinarnya demikian jelas sampai tembus ruang gelap tanpa tahu ujung. Suara panggilan terus memegang dari beberapa suara menghancurkan telinga, saya percaya bila itu betul suara ibu, lalu buat apa ibu sedang ada pada mimpiku?
Mata terus cari tiada henti kehadiran ibu, tetapi sayang! Saya sudah terjaga dalam ketakutan, dengan jantung terus-terusan berdebar-debar bersama perasaan takut dalam mimpi yang sudah selesai. Apa yang sebetulnya terjadi?
Mimpi jelek ialah pertanda...
Mengapa makhluk besar warna hitam terus mengusik, kuulang kembali daya ingat yang sempat terlintasi, tidak ada kejahatan kulakukan. Lantas mengapa telah dua minggu ini selalu mimpi hal sama. Tuhan! Saya takut, ada apakah dengan mimpi itu, apakah itu sebuah tanda?
Entahlah semenjak kapan air mata terus menetes tiada henti, kulirik jam masih memperlihatkan jam dua malam. Badan saat itu juga berasa demikian lemas, tidak memiliki daya! Bahkan juga pemikiran sudah kacau-balau dengan masalah mimpi jelek, kembali mata ini terpejam untuk ke-2 kalinya, sekalian mengharap mimpi barusan tidak akan tiba menghancurkan tidur.
Sekarang alam mimpi sudah terbuka bagiku, sebuah tempat demikian gelap dengan suara hewan malam, pekikan beberapa orang meminta bantuan. Langkah kaki berhenti dalam waktu cepat, inginku lari ke arah titik jelas dari balik pintu, sorotan mata sudah teralih memandang ke-2 kaki yang sedang terantai tanpa ada alasan.
Kaki sudah basah, tahukah! Bila basah itu memunculkan wewangian yang demikian kuat dan tercium tajam. Hidung saat itu juga terselak, oleh wewangian anyir darah membasahi kaki, perlahan-lahan mulai naik sendirinya. Takut! Itu yang sedang kurasakan, lalu ini darah apa?
Apa yang terjadi? Batinku ketakutan, telinga berasa sesak oleh suara tangisan tanpa bentuk, gelak tawa menghias ruang tanpa sedikit juga sinar, bebaskan saya? Teriakku tidak bernada. Cuman mata dan mulut yang dapat digerakkan, selebihnya terpatung tidak sisa.
"Kau siapa?" tanyaku pada figur gelap besar tanpa bentuk, "Mengapa saya berada di sini?"
"Ini bukanlah tingkahmu, tetapi kau harus memikul beban yang tidak pernah terpikirkan awalnya. Berikut tempat paling akhir yang hendak kau menempati kelak!" terang figur yang sejak dari barusan menatapku tajam
"Saya tidak akan ingin tinggal di sini! Apa salahku?" teriakku tidak terima dengan keputusan yang baru saja disampaikan
"Lihatlah akhir hidupmu!"
Apa yang bisa terjadi?
Saat itu juga seisi ruang gelap sudah berbeda hologram raksasa memperlihatkan awalnya mimpi jelek itu termulai, mata saat itu juga berbeda lebih ketakutan sejak dari umumnya. Sebuah mobil yang sejauh ini kukendarai mendadak jatuh dari jurang teramat curam, saat badan masih bernyawa, rasakan merasa sakit yang teramat benar-benar.
Berlinang darah tidak stop mengucur keluar, tidak memiliki daya bila harus keluar mobil pada kondisi sakit meredam guncangan luar biasa, sampai berhenti di dasar jurang kegelapan malam. Tangis air mata sudah pecah semenjak awalnya kecelakaan tunggal terjadi, tidak ada seorang juga, bahkan juga kendaraan tidak ada berlewatan.
Saat sebelum tidak sadar diri, figur hitam besar tanpa bentuk tiba dengan sambutan tidak teringinkan, menyongsong kehadiran mangsa baru untuk dihabisi olehnya. Memandang darah yang tetap keluar mengubah muka saat itu juga berasa demikian senang, rupanya itu bentuk aslinya! Batinku memandang ketakutan.
Tanpa aba seringai taring panjang terlihat mengerikan, bola mata besar warna merah berpijar berputar-putar tiada henti. Benakku berasa bingung pada makhluk yang sedang diam, mengapa tidak ada bentuknya? Gumamku
Ruang berbeda gelap kembali, entahlah mengapa saya ingin lari ke arah pintu bersinar, bahkan juga sinar itu berasa menarik badanku untuk mencapainya. Semaksimal mungkin saya mendekati sinar dengan badan melayang-layang, kubuka pintu dengan perlahan-lahan lalu!
Samar-samar kedengar suara azan subuh berkemandang dari sebuah mushola tidak jauh dari kost , "Bismilahirahmanirahim" batinku coba gerakkan jemari
"Astagfirullahalazim!" menghela napas lega, "Mengapa mimpi itu terus menghantuiku, Ya Allah(Tuhan) terima kasih, atas bantuan-Mu!"
Langkah kaki jalan perlahan ke arah kamar mandi, kuambil air wudhu saat sebelum melakukan sholat subuh. Tetapi bayang-bayang peristiwa barusan masih terngiang dalam benakku, bahkan juga dalam membaca Alquran masih terpikir, ambil konsentrasi melantunkan ayat-ayat suci.
Tetapi, perasaan takut perlahan-lahan mulai tenang sesudah membaca Alquran, mendadak ada rasa kangen akan ibu yang sudah lama tidak pernah berjumpa. Semenjak memilih untuk mengelana meneruskan pengajaran, saya terus berpikiran berkenaan suara ibu dalam mimpi itu!
Apa lagi sepanjang mimpi sekian hari, baru barusan saya dengar suara ibu panggil bersama suara tangisan yang tidak pernah kubayangkan awalnya. Apa ibu baik saja? Gumamku memoleskan selai coklat pada roti
Comments
Post a Comment