Dalam uploadnya itu, Sarah bercerita bila narasi itu sebagai cerita riil yang dirasakannya.Sarah ialah seorang wanita yang saat ini tinggal di kota kecil Jawa Barat.Dia harus berpindah ke Kota Kembang itu untuk menuntut Pengetahuan di salah satunya kampus terkenal di situ.Saat berpindah ke Bandung, Sarah pergi bersama ayahnya.Ayahnya mengantar Sarah ke rumah kontrak yang hendak ditempati Sarah sepanjang menuntut pengetahuan.
Di kontrak itu, Sarah akan tinggal dengan 2 orang saudara ponakannya yang menuntut pengetahuan pada tempat dan angkatan yang serupa dengannya.
Saudara paling tua namanya Jani dan saudara yang lebih tua dari Sarah namanya Ava.Sarah sebagai yang paling kecil pada mereka bertiga, mahfum baru lulus SMA tahun yang serupa.Sepanjang dua 1/2 jam di perjalanan, pada akhirnya dia datang di Kota Bandung.Ini ialah pertama kalinya Sarah tinggal jauh dari orang tuanya. Hati campur baur pasti dirasa Sarah.Sesudah mobil terparkir, Sarah segera turun dan ambil beberapa barang bawaanya.Sambil mengusung bawaan, Sarah dan ayah langsung telusuri sebuah gang kecil.Jalan sedikit jauh ke dan sampai juga mereka di muka kontrak itu.
"Assalamu'alaikum!" Kami mengucapkan salam sambil masuk rumah yang pintunya memang terbuka.
"Wa'alaikumsalam, Mang!" Sahut A Jani dan Teh Ava.
"Tos dugi gening. Berlagak atuh sakieu ayana, Sar (Sudah sampai. Silakan ini ada, Sar)," Sebut Teh Ava kepadaku.
Waktu itu Sarah tersenyum dan menggangguk dan menyaksikan sekitar.Rumah itu ialah rumah tua dengan 2 lantai dan sedikit tidak terurus.Waktu itu, Sarah mengerti hal itu apa lagi bujet yang dia punyai untuk sewa rumah kontrak benar-benar terbatas.Tangga ke arah lantai dua ialah tangga kayu dengan pegangan kayu. Kelihatan sembarangan dibikinnya.Sarah dekati tangga dan menyaksikan keatas, diujung tangga itu ialah tembok, samping kiri ada pintu kecil ke arah keluar ketempat jemuran dan talang air.
Dan disamping kanan ada ruang tanpa pintu yang cuman dapat dimasuki dengan sedikit membungkuk.Ruang itu pas ada di atas ruang tidur Sarah yang berada antara tangga dan kamar Teh Ava.Kamar Teh Ava ialah kamar yang terdekat dengan pintu khusus.Jani cenderung pilih kamar paling ujung dalam, sekitaran tiga cara dari tangga pas disebrang dapur yang disebut akses ke arah salah satu kamar mandi di dalam rumah itu.
Ada ruang kosong yang lumayan lebar di muka kamar Sarah dan kamar Teh Ava dan ruang ini nanti akan menjadikan tempat bergabung dengan alas karpet kusam.Selanjutnya, Sarah langsung mengatur barang-barangnya dalam kamar baru.Ada banyak bintik lembab pada dinding warna coklat dan beberapa terkupas.Patut saja berasa dingin, memang lembab, pikirnya. Tetapi biarlah, tempat ini cukup nyaman.
Sore juga datang, ayah Sarah juga mohon pamit untuk pulang.Dengan berat, Sarah melepaskan kepergiannya karena tidak sampai hati memikirkan penghuni tempat tinggalnya tinggal Ayah dan Mamahnya saja.Harus dipahami, ke-2 kakak Sarah telah mempunyai kehidupan masing-masing di luar kota.Pasti sebagai anak bungsu berasa berat untuk tinggalkan orang tuanya.Singkat kata, sebulan tempati rumah itu, Sarah tidak rasakan ada yang aneh.Atau Sarah mengabaikannya karena repot pada ospek dan penyiapan kuliah?
Oh iya, Sarah bukan figur yang indigo. Tetapi, dia kadang dapat rasakan kehadiran makhluk lembut disekelilingnya.Sampai di suatu hari, waktu itu aktivitas belajar telah jalan dan beberapa tugas mulai banyak yang datang, Sarah harus pulang ke kontrak sekitaran jam 7 malam dan langsung tertidur.Sesudah lama Sarah tertidur, dia terjaga dengan kondisi sekitarnya yang gelap pekat.
Memang rutinitas Sarah saat akan tidur selalu mematikan lampu kamar, dia tidak dapat tidur pada keadaan jelas.Tetapi waktu itu betul-betul gelap keseluruhan dan Sarah harus melatih matanya dalam gelap.Sesudah nyawanya kumpul, Sarah baru sadar bila kegelapan ini karena lampu ruang di muka kamarnya mati.Umumnya kalau malam lampu itu dihidupkan dan sinarnya masuk melalui jendela di atas pintu kamar dan melalui antara pintu yang ringkih.
Waktu itu, Sarah meraba-raba cari HP dalam gelapan, rupanya ada telephone dan sms masuk sepanjang dia tidur.Dari ke-2 saudaranya yang menyampaikan kabar mereka tidak dapat pulang karena kerjakan pekerjaan barisan di kos temannya.. Yang memiliki arti, Sarah harus sendirian di kontrak.Saat Sarah menyaksikan jam, rupanya waktu itu telah jam dua malam.Dia sedikit bergidik dan usaha tidur kembali, tetapi mengantuknya telah lenyap.
Maka Sarah memaksa untuk tutup mata dan pemikirannya melayang-layang ke sana kesini.Saat itu juga dia terpikir, tidakkah saat pulang barusan dia buka pintu khusus dan langsung menghidupkan lampu ruangan depan?Sarah benar-benar ingat benar bila dia masuk langsung kamar, tukar pakaian lalu tertidur.Ia tidak mematikan lampu itu, bahkan juga lampu itu selalu berpijar tiap malam dan jadi salah satu sumber sinar pada malam hari.Lalu mengapa saat ini padam?Sarah cuman dapat usaha tenang, dan pastikan daya ingatnya
Saat akan bangkit dari tidurnya dan menghidupkan lampu kamar, mendadak Sarah dengar suara lirih sekali dari balik pintu kamarnya "Hihihihi..."
DEG! Detak jantung Sarah waktu itu terasanya stop.
Saat itu juga dia menangguhkan diri untuk berdiri. Sarah cuman duduk di atas tempat tidur sekalian menggenggam kuat selimut.
Sarah diam dalam status siaga, sangsi di antara percaya dengar suara tawa dan usaha memberikan keyakinan diri kita jika dia cuman salah dengar.
Dia terus usaha konsentrasi, tetapi yang terdengar cuman sunyi.
Perlahan-lahan Sarah kembali lagi ke sikap tidur. Waspada sekali seolah-olah menggugah suatu hal yang dia juga tidak tahu apa.
Suara langkah kaki kecil lari lewat di muka kamarnya.
Otak Sarah langsung memberi respon bila itu ialah tikus.
"Tikus! Ya itu tikus! (Atau mudah2an tikus)," dibenaknya.
Belum usai dia memberikan keyakinan diri kita, suara lain membuat kaku sekaku-kakunya.
Dug.. Sreeekkkkk.. Dug.. Sreeekkkkk.. Suara suatu hal digeret.
Seperti orang yang jalan pincang dengan 1 kaki digeret, berkeliling-keliling di ruang depan kamarnya.
Kadang-kadang dekati ke kamar Sarah ke kamar Teh Ava dan berputar-putar kembali.
"Hihihihi..." Suara ketawa lirih itu ada kembali.
Ini kali, Sarah percaya bila dia tidak salah dengar.
Dengan ketakutakan, Sarah tutup semua badannya dengan selimut sambil pejamkan mata rapat-rapat.
Keringat membasahi pakaiannya.
Waktu itu Sarah usaha membaca ayat apa saja yang diingatnya. Tetapi tidak satu juga lancar disampaikannya.
Terbesit dalam pemikirannya untuk bangun dan menghidupkan lampu kamar.
Pikirnya jika jelas dia semakin lebih tenang? Tetapi di lain sisi, Sarah berasa takut bila dengan menghidupkan lampu dia justru akan menyaksikan sosok-sosok yang mengusiknya.
Entahlah berapakah lama Sarah diam dalam status yang serupa. Tidak bergerak dan beberapa suara itu tidak juga pergi.
Dia tidak berani buka selimut, takut malah mereka akan ada di muka wajahnya. Walau sebenarnya keadaannya waktu itu telah basah kuyup oleh keringat.
Karena mungkin badan Sarah capek sesudah tegang dalam waktu yang lama, pada akhirnya dia juga tertidur sendirinya.
Sarah terjaga saat adzan subuh berkemandang, beberapa suara aneh itu telah lenyap.
Walau sedikit lega karena ada beberapa suara orang di gang jalan ke arah mushola untuk sholat subuh, tetapi perasaan takut Sarah masih besar.
Ya.. itu ialah peristiwa pertama Sarah ‘berkenalan' dengan penghuni kontrak.
Walaupun tidak bertatap muka langsung, tetapi perjumpaan itu membekas sampai sekarang ini.
Dia tidak bercerita peristiwa itu ke ke-2 saudaranya.
Bukan apapun, Sarah sendiri takut bercerita ulangi saat dianya masih tinggal di dalam rumah itu.
Dan mereka mengontrak sepanjang satu tahun, maknanya Sarah harus bertahan sepanjang 11 bulan depan.
Sesudah peristiwa itu, dia cuman rasakan beberapa beberapa gangguan ‘kecil' menerpanya seperti barang beralih tempat sendiri, selimut diambil saat tidur, atau menyaksikan sekelebat bayang-bayang lewat.
Singkat kata, bulan Ramadhan sudah tiba, masalah kecil itu mulai menyusut, walau tidak 100 % lenyap.
Selanjutnya, Gerald ialah tetangga Sarah yang berada tinggal di ujung gang.
Ia ialah anak band yang gaul dan pas bersahabat dengan Sarah karena pribadinya yang asyik.
Semenjak tatap muka pertama mereka jadi makin dekat, sampai pada akhirnya di suatu malam mereka memilih untuk sahur bersama di salah satunya cafe di Lembang.
"Gerald jemput jam 9 ya, Nong!" Sebut Gerald saat sebelum tutup telephone.
Nong ialah panggilan Sarah dari Gerald. Gagasan sahur malam hari ini cuman bakal ada mereka berdua karena rekan-rekan lainnya tidak dapat turut.
Tidak jadi masalah, untuk mereka situasi alam terbuka dan udara yang dingin ialah favorite mereka.
Waktu itu, Sarah barusan usai rapat dengan anak-anak band.
Dia tergabung menjadi satu diantara penyanyi di band itu.
Hobi Sarah memang menyanyi dan kebenaran band Sarah dan band Gerald ada pada sebuah basecamp.
Basecamp yang diartikan ialah rumah di wilayah Buah Batu punya Horis, salah satunya personel band.
Gerald tidak turut rapat karena satu hal. Hingga dia memilih untuk pulang diantar oleh drummernya.
Sesampai di dalam rumah, Sarah selekasnya buka dan sholat magrib.
Masih capek, dia mengamankan pintu dan tiduran sekalian membaca pesan yang masuk. Dan Sarah juga tertidur..
Dalam tidurnya, Sarah mimpi berjumpa Gerald
"Ayok pergi!" Mengajak Gerald.
Sarah geleng-geleng malas pergi, entahlah mengapa dia tahu bila sedang mimpi.
Mendadak Gerald beralih menjadi menakutkan dan berteriak geram
"AYO PERGI!!" teriaknya.
Saat itu juga dia langsung terjaga dari tidur karena terkejut.
Dan pada kondisi masih mengantuk, mata Sarah tertuju pada seorang yang duduk menunduk di ujung kasur dekat kakinya.
Seorang lelaki menggunakan topi serupa Gerald.
Mata Sarah makin berat, rasa mengantuknya makin tidak tertahan. Tidak umumnya dia demikian.
Dia selanjutnya tutup matanya dan mendadak ingat bila pintu kamarnya telah digembok saat sebelum Sarah tidur!
Lantas bagaimanakah Gerald dapat masuk? Tetoott.. Tetoott.. Suara ringtone HP Sony Ericsson pertanda telephone masuk mengeluarkan bunyi.
"Halo? Nong! Gerald bentar kembali jemput! Sudah siap kan?" Mencecar Gerald semangat.
"Rald, lo barusan kekamar saya?" Bertanya Sarah meremehkan pertanyaan Gerald.
"Gak tuch! Gerald baru pulang ini segera telephone kamu!" Sarah diam dengan Mengantuk yang tiba-tiba lenyap.
Sarah langsung berdiri menyikat pegangan pintu dan masih juga dalam kondisi terkunci.
"Nong woy!!" Teriak Gerald di telephone.
"Iya 15 menit kembali jemputnya, saya shalat isya dahulu." Sahutnya.
Dia tutup telephone dan selekasnya keluar kamar.
A Jani sedang bersila di ruang depan kamar Sarah sekalian bermain HP.
"A, barusan Gerald kadieu teu?" (A, barusan Gerald ke sini gak?) Bertanya Sarah.
"Teu aya," (Tak ada) jawab A Jani tanpa beralih dari HP nya.
"Nu baleg?" (Yang benar?) Tutur Sarah kembali usaha memberikan keyakinan.
"Baleg ih, sadinten ieu teu aya tamu." (betulan ih, sepanjang hari ini tak ada tamu) percaya A Jani.
Sarah termenung dan usaha mengabaikann. Kemungkinan mereka kembali main-main.
Sarah selekasnya ambil wudhu dan sholat.
Sesudah usai sholat, dia bersiap-sedia untuk selekasnya ke Lembang.
Karena Lembang benar-benar dingin dan mereka pergi memakai motor, Sarah menggunakan jaket yang paling tebal, tak lupa syal rajut kecintaan warna pink.
Gerald telah tiba, mereka juga pergi ke arah Lembang tanpa tahu suatu hal sedang menanti mereka.
Motor yang mereka naiki jalan perlahan karena masih dalam komplek perumahan.
Mereka tidak bicara keduanya dan cuman repot dengan pemikirannya semasing.
Saat dekati sekolah SMA, Sarah menyaksikan seorang kakek jalan perlahan
Sarah terus memerhatikan kakek itu tanpa sadar.
Kakek itu ada jauh dari motor mereka, tempatnya di samping kanan jalan dan jalan membelakangi Sarah dan Gerald.
Makin lama makin merapat, sampai di pertigaan SMA, kakek itu ambil jalan ke kanan, sama seperti yang hendak mereka kerjakan.
Sesudah kakek itu belok ke kanan, dalam perhitungan dua detik mereka juga ambil jalan yang serupa dengan sang kakek.
Tetapi saat motor membelok, tidak ada siapa saja di situ.
Jalanan sepi, tidak ada seseorang juga orang berjalan kaki. Langsung Sarah terkesiap automatis cari sang kakek.
Jalan komplek itu lempeng tanpa tikungan lain maupun gang.
Mustahil kakek itu sembunyi.
Gerald mengetahui kejanggalan gerak gerik ku.
"Kunaon, Nong?" (Mengapa, Nong?) Bertanya Gerald.
"Barusan aya aki2 belok didieu saeuncan urang belok! Naha euweuh?" katanya.
(Tadi ada kakek2 belok di sini saat sebelum kita belok. Mengapa tak ada?) bertanya Sarah cemas.
"Tong ngalamunlah! Euweuh sasaha titatadi ge!" (Tidak boleh ngelamun! Tak ada siapa2 dari barusan !" Hebat Gerald.
Karena telah alami peristiwa aneh ini hari, Sarah mulai terlatih.
Pada akhirnya dia coba mengulas beberapa hal dengan Gerald untuk menepiskan perasaan takut sejauh perjalanan.
Jalan ke arah Lembang waktu itu ada banyak berbentuk beberapa pohon lebat di kiri kanan jalan.
Waktu itu, pas di tanjakan saat sebelum Cafe yang hendak mereka kunjungi, Sarah menyaksikan satu ekor kucing hitam lewat di tengah-tengah jalan dekat sekali dengan pelintasan mereka.
Tapi Gerald benar-benar tidak perlambat kecepatan motor. Reflek Sarah menepuk bahu Gerald sekalian berteriak..
"Rald!! Ucing!! Launan!!"(Rald!! kucing!! Pelanin!!) Teriak Sarah sedikit ketahan sekalian tunjuk-menunjuk kucing itu.
Tanpa babibu Gerald justru pancal gas membuat Sarah sedikit terjengkang.
"Cicing siah, Nong!! Euweuh nanaon!"(Diem kamu, Nong!! Tak ada apa2) Balas Gerald sewot.
Sarah selanjutnya bengong dan kembali kebelakang menyaksikan ke kucing itu duduk dan memanglah tidak terjadi apa-apa disitu.
Kosong, dan dia juga shock karena pasti kucing hitam barusan bukan fantasi.
Lanjut, mereka juga pada akhirnya sampai di Cafe.
Mereka selekasnya turun dan pilih saung dan pesan indomie keju kornet.
Sarah pesan teh manis panas, dan Gerald pesan kopi.
Sebetulnya, waktu itu Sarah masih resah karena peristiwa paling akhir.
Tetapi, mereka telah setuju tidak ingin mengulas dan usaha cari topik percakapan lain.
Sarah juga lupa karena terlarut dalam situasi malam yang dingin.
Langit ceria berbintang didampingi minuman hangat rasanya sangat nikmat.
Tidak berasa waktu imsak tiba, pertanda mereka harus selekasnya pulang supaya bisa menjalankan sholat subuh.
Kami minta bill, saat waitress tiba memberikan bill, ia menanyakan.
"A, Teh, bade uih ayeuna leres?" (A, Teh, ingin pulang saat ini ya?) tanyanya.
"Iya A" Jawab Sarah dan Gerald bersamaan.
"Hemmm, percaya?" Sahutnya memeriksa.
"Iya A agar terburu sholat subuh" Gerald membalasnya.
"Berlagak atuh, berhati-hati nya dijalan" Katanya.
"Iya A nuhunnya" (iya A terima kasih ya) Sahut Sarah.
Mereka jalan ke arah kasir dan terjadi kembali pembicaraan yang sama, kasir itu minta Sarah dan Gerald untuk waspada.
Tanpa berprasangka buruk, mereka juga bayar dan ke parkir.
Tukang parkir mendekati mereka. Dan terka? Pembicaraan yang serupa terulang kembali.
Berbuntut tukang parkir itu minta mereka untuk waspada.
Saat itu juga Sarah dan Gerald juga sama-sama pandang, memahami akan hati tidak nikmat yang saat ini mereka alami.
Dan rupanya.. beberapa peristiwa yang Sarah alami saat sebelum pergi cuman ‘intro'.
Jika saja dia tidak cuek serta lebih memerhatikan pertanda.
Jika saja Sarah tidak memaksa pergi sesudah alami dua peristiwa pertama. Sarah dan Gerald tidak alami peristiwa ini.
Comments
Post a Comment